Jumat, 21 November 2014

faktor perkembangan anak



Masa emas (golden age) meruakan masa dimana anak mengalami masa yang paling baik dari masa masa perkembangnya pasca  usia 0-6 tahun  dan tidak akan terulang kembali. Masa anak merupakan masa yang terpenting didalam kehidupannya, masa inilah pondasi karakter anak dikembangkan, baik melalui pembiasaan ataupun modeling. menurut teori modeling bandura menjelaskan perilaku manusia konteks interaksi timbal ballik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social. Bandura mengemukakan sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkahlaku orang lain.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan anak-anak usia 0-6 tahun dengan melakukan pembinaan sejak dini dengan pemberian rangsaangan guna mengembangkan aspek pertumbuhandan perkembangan anak jasmani maupun rohani sehingga anak akan siap melanjutkan ke jenjang berikutnya. Anak  pada masa otak anak mengalami perkembangan yang sangat baik, jika orangtua dan pendidik menginginkan anaknya memiliki kematangan dalam perkembangan hidupnya, dari masa inilah anak di didik dengan sebaik mungkin.
Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini ragamnya sangat banyak, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Inrternal maksudnya yaitu factor tersebut berasal dari dalam diri seorang anak, misalnya factor turunan anak dari kedua orangtuanya. Sedangkan eksternal berarti factor yang dimaksud berasal dari luar dirinya. Misalnya factor lingkungan. Untuk lebih jelas berikut factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
1.      Factor turunan ( genetic)
Menurut para ahli , setiap anak yang ahi kedunia ini membawa beerbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek, diantaranya bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, interasi, bakat, sifat-sifat atau watakdan bahkan penyakit. Selain itu perkembangan anak yang dipengaruhi gen yang langsung, yaitu kulaitas system saraf, keseimbangan biokimia dan setruktur tubuh.[1] Aliran nativisme yang dipelopori oleh artur sopenhaur berpandangan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan.
Dalam konteks diatas, dapat dipahami bahw aperkembangan anak ditenttukan oleh pembawaan atau bakat yang dimiliki oleh orangtuanya. Dan dapat disimpullkan bahwa perkembangan anak sedikit banyak dipengaruhi oleh keturunan.
2.      Factor lingkungan
Factor kedua yang mempengaruhi perkembangan seorangg anak ialah factor lingkkungan. Factor lingkungan ini memiliki arti yang sangat luas, yang meliputi lingkungan keluarga, rumah, sekolah maupun masyarakat. Dalam hal ini lingkungan diartikan sebagai keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik dan masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklim flora dan faunanya.[2]
Lingkungan sangat berarti besar terutama llingkungan keluarga yang sangat penting dan membantu anak dalam mengoptimalkan perkembangannya, terutama tingkah laku seorang anak yang mencontoh gerak dan sikap orangtua. Menurut Hamner dan Tunner peren orang tua yang sesuuai dengan fase perkembangan anak adalah sebagai berikut.

a.       Pada masa bayi orang tua berperan sebagai perawat (caregive)
b.      Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung ( protector)
c.       Pada massa pra sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d.      Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong ( encourager)
e.       Pada masa pra remaja dan remaja berperan sebagai konselor ( counselor)[3]
Menurut aliran empirisme yang dipelopori oleh jhon lock pengalaman lingkungan merupakan masukan terbesar dalam perkembangan anak. Haal ini teor yang termashur adalah tabularasa yang memillii arrti lembaran kosong. Dengan kata lain, setiap anaak yang dilahirkan kedunia ini diibaratkan seperti kertass kosong yag tidak  mempunya kemampuan atau bakat apapun. Jadi aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan bawaan dianggap tidak ada pengaruhnya.[4]
Dari sini terlihat jelas bagaimana bertolak belakang ataupun adanya pertentangan antara teori nativisme dan empirisme, akan tetapi kedua teori tersebut memiliki dasar yang berbeda-beda dan dengan metode penelitiannya yang berbeda pula. Factor perkembangan anak ini tidak dapat pula terpisahkan antara factor dari bawaan yang dibawa anak sejak lahir, tetapi perkembanganya tidak biasa lepas dari lingkungan dalaam bergaulnya. Dari sinilah kemudian muncul teori konvergensi yang merupakan teori menyatukan antara aliran empirisme dan aliran nativisme. Teori konvergensi dipelopori oleh seorang ahli psikolog dari jerman yaitu Williaam Stern yang mencoba meneliti dari berbagai sudut pandang perkembangan anak, sehingga factor pertkembangan anak menurut Wiliam stern diengaruhi oleh factor bawaan ataupun genetic dan factor lingkungan dimana anak berinteraksi.
faktor-faktor inilah yang perlu diperhatikan oleh orangtua anak dan pendidik untuk menciptakan lingkungan dan arahan yang baik dan merangsang tumbuh kembang anak di usia emas yaang tidak terulang kembali dimasa remaja dan seterusnya. diikarenakan perkembangan tidak akan ada batasnya sampai akhir hayat seseorang.



[1] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.34
[2] Ibid., hlm.35
[3] Syamsu Yusuf dan Nani M Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, hlm. 24
[4] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.36

Kamis, 20 November 2014

sumber media pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada umumnya, dalam  proses pembelajaran di RA, guru memerlukan suatu perantara yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka diperlukan suatu perantara yang menunjang agar peserta didik lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru. Perantara tersebut berupa alat atau bahan. Perantara juga sering disebut sebagai media.
Peserta didik juga memerlukan suatu sumber yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran. Sumber belajar tersebut bisa berupa guru, buku paket, lingkunagan, alat, pesan yang disampaikan oleh orang yang berilmu, dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran juga diperlukan evaluasi. Evaluasi  digunakan sebagai tolak ukur peserta didik sudah sejauh mana perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Evaluasi tidak hanya untuk mengevaluasi peserta didik tetapi juga untuk pengajar.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang media dan sumber pembelajaran serta evaluasi pembelajaran.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari media pembelajaran ?
2.      Apa saja fungsi dari media pembelajaran ?
3.      Apa saja manfaat dari mediapembelajaran ?
4.      Apa saja jenis – jenis dari media pembelajaran ?
5.      Apa pengertian dari sumber belajar ?
6.      Apa saja jenis – jenis dari sumber belajar ?
C.    Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan dan kegunaan makalah ini sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian dari media pembelajaran.
2.      Mengetahui fungsi dari media pembelajaran.
3.      mengetahui manfaat dari mediapembelajaran.
4.      Mengetahui jenis – jenis dari media pembelajaran.
5.      Mengetahui pengertian dari sumber belajar
6.      Mengetahui  jenis – jenis dari sumber belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah  perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1]  Rossi dan Breidle, mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.[2]
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely menyatakan bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiaan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetauan, keterampilan, dan sikap. Jadi dapat disimpukan bahwa media bukan hanya alat perantara seperti televisi, radio, slide, bahan cetak, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan , merubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.[3]
Association for Educational Communications and Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Menurut Sri Anitah media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media pembelajaran.[4] Media secara umum dapat menjadi media pembelajaran jika segala sesuatu (hardware dan software) tersebut membawa pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.[5] Contoh dari hardware adalah over head projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan contoh software adalah cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan sebagainya.
Jika dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini, maka media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software)  dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat anak usia dini mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan menentukan sikap. Dan, media biasa digunakan dalam PAUD adalah alat permainan edukatif (APE). APE terdiri dari dua golongan, yaitu: (1) APE luar: alat permainan edukatif yang disediakan di luar ruangan (halaman / taman); (2) APE dalam: alat permainan  edukatif yang disediakan untuk anak bermain di dalam ruangan.[6]
B.     Fungsi Media Pembelajaran
Adapun fungsi media pembelajaran bagi peserta didik meliputi:[7]
1.      Menangkap suatu objek
Guru dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari yang langka melalui hasil rekaan video. Atau bagaimana proses pergantian ulat menjadi kupu-kupu. Bagi guru taman kanak-kanak sering menggunakan media televisi ataupun rekaman video yang nantinya di sampaikan pada anak didik sesuai dengan tema yang disampaikan di dalam pembelajaran.
2.      Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Misalnya ketika guru bercerita  mengenai struktur ataupun anatomi binatang gajah, maka perspektif anak usia dini di dalam berimajinasi dapat menciptakan perspektif yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh guru.
3.      Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media pembelajaran dapat memotivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Contoh, sebelum mempelajari indahnya alam Indonesia, guru lebih dahulu memutarkan film tentang keanekaragaman alam Indonesia, menggunakan alat peraga sesuai dengan tema, dan sebagainya.
4.      Media pembelajaran memiliki nilai praktis
Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimilliki siswa.
Kedua, media apat mengatasi batas ruang kelas, hal ini terutama untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta.
Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.
Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.
Kelima, media dapat  menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.
Keenam, media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
Ketujuh, media dapat  membangkitkan keinginan dan minat baru.
Kedelapan, media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
Kesembilan, media dapat memberikan pengalamana yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.
C.    Manfaat Media Pembeajaran
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memafaatkan media dalam pembelajaran, yaitu:[8]
1.         Pesan atau informasi pembelajaran dapat disampaikandengan lebih jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya lisan.
2.         Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra. Misalnya obyek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa di masa lalu dapat di tampilkan lagi lewat rekaman film, video dan lain – lain. Obyek yang begitu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain – lain.
3.         Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4.         Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5.         Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkunagn dan kenyataan.
6.         Memungkinkan siswa untuk belajar sendiri – sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
7.         Memberikan perangsang,  pengalaman, dan persepsi, yang sama bagi siswa.
Menurut kemp dan Dayton, media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap proses pembelajaran, meliputi:[9]
1.         Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
2.        Pembelajaran dapat lebih menarik.
3.        Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4.         Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5.         Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
6.        Proses pembelajan dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan.
7.         Sikap positif siswa terhadap meteri pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
8.         Peran guru berubah kearah yang positif, artinya guru tidak menempakan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.
D.    Jenis – Jenis Media Pembelajaran
            Jenis media yang sering digunakan di Indonesia dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya:
1.      Media visual / grafis
Media visual adalah media yang dapat dilihat. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual): [10]
a.       Media yang dapat diproyeksikan yaitu suatu media visual, namun dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat proyektor. Oleh karena itu, media ini tidak dapat dipisahkan dari dua unsur, yaitu perangkat keras atau perangkat lunak. Jenis atau contoh dari media yang dapat diproyeksikan, yaitu: overhead projector (OHP), slide (film bingkai), flimstrip (film rangkai), opaque projector, video dan  film.
b.      Media yang tidak dapat diproyeksikan yaitu media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunak. Jenis atau contoh dari media yang tidak dapat diproyeksikan, yaitu: gambar / foto yang konkret, sketsa, diagram, grafik, kartun,  dan sebagainya.
2.      Media audio
Media audio adalah media yang berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang – lambang auditif, baik verbal (lisan), maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, yaitu: radio, alat perekam magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.[11]
3.      Media audio visual
Media audio visual mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan – rangsangan visual. Perbedaannya adalah pada media grafis dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan media bersangkutan, sedangkan  media audio visual terlebih dahulu harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran, ada kalanya media ini disertai rekaman audio tetapi ada pula yang hanya visual saja. Beberapa jenis media audio visual, diantaranya: film bingkai, film, televisi, video, media transparansi, permainan dan simulasi.[12]
E.     Pengertian Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan  belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. [13] Association of Educational Communication and Technologhy (AECT), mengklasifikasikan sumber belajar ini menjadi dua, yaitu: resources by design (sumber belajar yang dirancang) dan resources by utilization (sumber belajar yang dimanfaatkan). Sumber belajar yang dirancang maksudnya sumber belajar itu sengaja direncanakan untuk keperluan pembelajaran, misalnya: buku paket, modul, lembar kerja anak. sumber belajar yang dimanfaatkan yaitu segala sesuatu yang sudah tergelar disekitar kita, dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan mengajar, misalnya: kebun binatang, museum, dan lain sebagainya.[14]
F.     Jenis-Jenis Sumber Belajar
            Sumber belajar sangatlah penting untuk menunjang optimalisasi didalam belajar. AECT ( association for educational communication and technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:[15]
1.      Pesan (Message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintahan atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan – pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, dan sebagainya. Pesan non formal, yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama.
2.      Orang (People)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang didik secara profesional untuk mengajar, misalnya: guru, konselor, instruktur. Kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada dilingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas, misalnya: politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, dan lain – lain.
3.      Bahan (Materials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku lembar kerja anak, buku paket, program video, film, dan sebagainya (biasa disebut software).
4.         Alat (Device)
Alat yang dimaksud disini adalah benda-benda yang berbentuk fsik, sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Contoh film tape recorder, opaque projector, multimedia projector  dan sebagainya.
 5.   Teknik (Technique)
Tekik yang dimaksud adalah cara ( prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajar guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan / simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan sebagainya.
5.      Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada didalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan sekolah dan sebagainya.[16]

BAB III
PENUTUP
Simpulan
A.    Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software)  dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat anak usia dini mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan menentukan sikap.
B.     Fungsi media pembelajaran
1.         Menangkap suatu objek
2.         Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
3.      Menambah giarah dan motivasi belajar siswa
4.      Media pembelajaran memiliki nilai praktis
C.     Manfaat media pembelajaran
1.      Pesan atau informasi pembelajaran dapat disampaikandengan lebih jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya lisan.
2.       Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra. Misalnya obyek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa di masa lalu dapat di tampilkan lagi lewat rekaman film, video dan lain – lain. Obyek yang begitu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain – lain.
3.      Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4.      Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5.      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkunagn dan kenyataan.
6.      Memungkinkan siswa untuk belajar sendiri – sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
7.      Memberikan perangsang,  pengalaman, dan persepsi, yang sama bagi siswa.
D.    Jenis – jenis media pembelajaran
1.         Media visual / grafis
Media visual adalah media yang dapat dilihat. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual), misalnya: overhead projector (OHP), slide (film bingkai), flimstrip (film rangkai), opaque projector, video dan  film. dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual), misalnya : gambar / foto yang konkret, sketsa, diagram, grafik, kartun,  dan sebagainya..
2.         Media audio
Media audio adalah media yang berkaitan dengan indra pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang – lambang auditif, baik verbal (lisan), maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, yaitu: radio, alat perekam magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
3.         Media audio visual
Beberapa jenis media audio visual, diantaranya: film bingkai, film, televisi, video, media transparansi, permainan dan simulasi.
E.     Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan  belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.
F.      Jenis – jenis sumber belajar
1.      Pesan (Message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, dan Pesan non formal sebagai bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama.
2.      Orang (People)
3.      Bahan (Materials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku lembar kerja anak, buku paket, program video, film, dan sebagainya (biasa disebut software).
4.         Alat (Device)
Alat yang dimaksud disini adalah benda-benda yang berbentuk fsik, sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Contoh film tape recorder, opaque projector, multimedia projector  dan sebagainya.
 5.   Teknik (Technique)
Tekik yang dimaksud adalah cara ( prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajar guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan / simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan sebagainya.
6.    Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada didalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran.
G.    Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauhmana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Evaluasi dalam pembelajaran anak usia dini berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009, dimana penilaian anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu : nilai – nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional.
H.    Tujuan evaluasi
1.      Untuk mengetahui sejauh mana anak didik menguasai materi yang telah diberikan
2.      Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan, keuletan, dan kemampuan anak didik terhadap ,materi pembelajaran.
3.       Untuk mengetahui apakah tingkatan kemajuan anak didik sudah sesuai dengan tingkatan kemajuan menurut program kerja
4.      Untuk mengetahui derajat efisiensi dan keefektifan strategi pengajaran yang telah digunakan, baik yang menyangkut metode maupun yang menyangkut teknik belajar-mengajar.
I.       Fungsi evaluasi
1.      Secara psikologi anak didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana ia berjalan menuju kepada tujuan yang hendak dicapai.
2.       Secara sosiologi, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah anak didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.
3.       Secara dikdaktis-metodid, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan anak didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing,serta membantu guru dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajarnya.
4.       Evaluasi berfungsi untuk mengetahui status anak didik diantara teman-temanya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang, atau kurang pandai.
5.        Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan anak didik dalam menempuh program pendidikannya.
6.         Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan kelas.
7.      Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan anak didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan anak didik itu sendiri.
J.       Prinsip – prinsip evaluasi
1.      Prinsip integralitas (keseluruhan)
2.      Prinsip kontinuitas.
3.      Prinsip obyektivitas
4.      Prinsip koperatif.
K.    Bentuk / teknik evaluasi
1.      Short-Answer Test
2.      Essay and oral examinations
3.      Oral-examintion ( bentuk test/ujian lisan)
4.      Observation and anecdotal records
5.      Questionnaires, invertories and interviews
6.      Checklits and rating scales
7.      Personal reports and projective techniques
8.      Sociometric mathods
9.      Case studies
10.  Comulative records
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Mukhtar, dkk. 2014. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.
 Sanjaya, Wina. 2013.  Perencanaan & Desain sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta : Lpp Uns dan Uns Press.
Martiyono. 2012. Perencanaann Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Daryanto, H. 2012.  Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Reneka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta:  Bumi Aksara.
Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto, M.Ngalim, dan Sutaadji Djojopranomo. 1979. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara.


[1] Mukhtar Latif, dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana, 2014), hlm. 151.
[2] Wina sanjaya, Perencanaan & Desain sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2013), hlm. 204.
[3] Ibid.,hlm. 205.
[4] Sri Anitah, Media Pembelajaran, (Surakarta : Lpp Uns dan Uns Press, 2009), hlm. 1-2.
[5] Martiyono, Perencanaann Pembelajaran ,( Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 141
[6] Mukhtar latif, dkk., orientasi baru pendidikan anak usia dini, ... , hlm. 151.
[7] Wina sanjaya, Perencanaan & Desain sistem Pembelajaran, ... , hlm. 206-210.
[8] Mukhtar Latif, Dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, ... , hlm. 165-166.
[9]  Wina Sanjaya, Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran,... , hlm. 210-211.
[10] Sri Anitah, Media Pembelajaran, ... ,  hlm. 7-34.
[11] Mukhtar Latif, dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, hlm. 154.
[12] Ibid., hlm. 154-155.
[13] Wina Sanjaya, Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran, ... , hlm. 228.
[14] Sri Anitah, Media Pembelajaran, ... , hlm. 5-6.
[15] Wina Sanjaya, Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran , ..., hlm. 228-230.
[16] Ibid., hlm. 228-230.
[17] H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Reneka Cipta, 2012), hlm. 1.
[18] Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan,(Jakarta:  Bumi Aksara, 2007), hlm.1
[19] Ibid,. hal. 1
[20] Mukhtar Latif, dkk., Orientasi...hlm. 168.
[21]Ibid,.hlm. 168.
[22]  Zainal Arifin,  Evaluasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 5
[23] Ibid,. hal. 7
[24] Ibid,. hal. 9
[25] H. Daryanto, Evaluasi…. hlm. 14
[26] M. Ngalim Purwanto, Sutaadji Djojopranomo,Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara, 1979), hlm. 146
[27] Ibid,.. hal. 149
[28] Ibid,.. hal. 150
[29]Ibid,. hlm.152

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...