Jumat, 21 November 2014

faktor perkembangan anak



Masa emas (golden age) meruakan masa dimana anak mengalami masa yang paling baik dari masa masa perkembangnya pasca  usia 0-6 tahun  dan tidak akan terulang kembali. Masa anak merupakan masa yang terpenting didalam kehidupannya, masa inilah pondasi karakter anak dikembangkan, baik melalui pembiasaan ataupun modeling. menurut teori modeling bandura menjelaskan perilaku manusia konteks interaksi timbal ballik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social. Bandura mengemukakan sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkahlaku orang lain.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan anak-anak usia 0-6 tahun dengan melakukan pembinaan sejak dini dengan pemberian rangsaangan guna mengembangkan aspek pertumbuhandan perkembangan anak jasmani maupun rohani sehingga anak akan siap melanjutkan ke jenjang berikutnya. Anak  pada masa otak anak mengalami perkembangan yang sangat baik, jika orangtua dan pendidik menginginkan anaknya memiliki kematangan dalam perkembangan hidupnya, dari masa inilah anak di didik dengan sebaik mungkin.
Factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini ragamnya sangat banyak, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Inrternal maksudnya yaitu factor tersebut berasal dari dalam diri seorang anak, misalnya factor turunan anak dari kedua orangtuanya. Sedangkan eksternal berarti factor yang dimaksud berasal dari luar dirinya. Misalnya factor lingkungan. Untuk lebih jelas berikut factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
1.      Factor turunan ( genetic)
Menurut para ahli , setiap anak yang ahi kedunia ini membawa beerbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek, diantaranya bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, interasi, bakat, sifat-sifat atau watakdan bahkan penyakit. Selain itu perkembangan anak yang dipengaruhi gen yang langsung, yaitu kulaitas system saraf, keseimbangan biokimia dan setruktur tubuh.[1] Aliran nativisme yang dipelopori oleh artur sopenhaur berpandangan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan.
Dalam konteks diatas, dapat dipahami bahw aperkembangan anak ditenttukan oleh pembawaan atau bakat yang dimiliki oleh orangtuanya. Dan dapat disimpullkan bahwa perkembangan anak sedikit banyak dipengaruhi oleh keturunan.
2.      Factor lingkungan
Factor kedua yang mempengaruhi perkembangan seorangg anak ialah factor lingkkungan. Factor lingkungan ini memiliki arti yang sangat luas, yang meliputi lingkungan keluarga, rumah, sekolah maupun masyarakat. Dalam hal ini lingkungan diartikan sebagai keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik dan masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklim flora dan faunanya.[2]
Lingkungan sangat berarti besar terutama llingkungan keluarga yang sangat penting dan membantu anak dalam mengoptimalkan perkembangannya, terutama tingkah laku seorang anak yang mencontoh gerak dan sikap orangtua. Menurut Hamner dan Tunner peren orang tua yang sesuuai dengan fase perkembangan anak adalah sebagai berikut.

a.       Pada masa bayi orang tua berperan sebagai perawat (caregive)
b.      Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung ( protector)
c.       Pada massa pra sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d.      Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong ( encourager)
e.       Pada masa pra remaja dan remaja berperan sebagai konselor ( counselor)[3]
Menurut aliran empirisme yang dipelopori oleh jhon lock pengalaman lingkungan merupakan masukan terbesar dalam perkembangan anak. Haal ini teor yang termashur adalah tabularasa yang memillii arrti lembaran kosong. Dengan kata lain, setiap anaak yang dilahirkan kedunia ini diibaratkan seperti kertass kosong yag tidak  mempunya kemampuan atau bakat apapun. Jadi aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan bawaan dianggap tidak ada pengaruhnya.[4]
Dari sini terlihat jelas bagaimana bertolak belakang ataupun adanya pertentangan antara teori nativisme dan empirisme, akan tetapi kedua teori tersebut memiliki dasar yang berbeda-beda dan dengan metode penelitiannya yang berbeda pula. Factor perkembangan anak ini tidak dapat pula terpisahkan antara factor dari bawaan yang dibawa anak sejak lahir, tetapi perkembanganya tidak biasa lepas dari lingkungan dalaam bergaulnya. Dari sinilah kemudian muncul teori konvergensi yang merupakan teori menyatukan antara aliran empirisme dan aliran nativisme. Teori konvergensi dipelopori oleh seorang ahli psikolog dari jerman yaitu Williaam Stern yang mencoba meneliti dari berbagai sudut pandang perkembangan anak, sehingga factor pertkembangan anak menurut Wiliam stern diengaruhi oleh factor bawaan ataupun genetic dan factor lingkungan dimana anak berinteraksi.
faktor-faktor inilah yang perlu diperhatikan oleh orangtua anak dan pendidik untuk menciptakan lingkungan dan arahan yang baik dan merangsang tumbuh kembang anak di usia emas yaang tidak terulang kembali dimasa remaja dan seterusnya. diikarenakan perkembangan tidak akan ada batasnya sampai akhir hayat seseorang.



[1] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.34
[2] Ibid., hlm.35
[3] Syamsu Yusuf dan Nani M Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, hlm. 24
[4] Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2012), hlm.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...