Masa emas (golden age) meruakan masa dimana anak
mengalami masa yang paling baik dari masa masa perkembangnya pasca usia 0-6 tahun
dan tidak akan terulang kembali. Masa anak merupakan masa yang
terpenting didalam kehidupannya, masa inilah pondasi karakter anak
dikembangkan, baik melalui pembiasaan ataupun modeling. menurut teori modeling
bandura menjelaskan perilaku manusia konteks interaksi timbal ballik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi
lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social.
Bandura mengemukakan sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkahlaku orang lain.
Pendidikan anak
usia dini merupakan pendidikan anak-anak usia 0-6 tahun dengan melakukan
pembinaan sejak dini dengan pemberian rangsaangan guna mengembangkan aspek
pertumbuhandan perkembangan anak jasmani maupun rohani sehingga anak akan siap
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Anak pada masa otak anak mengalami perkembangan
yang sangat baik, jika orangtua dan pendidik menginginkan anaknya memiliki
kematangan dalam perkembangan hidupnya, dari masa inilah anak di didik dengan
sebaik mungkin.
Factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini ragamnya sangat banyak, baik yang
sifatnya internal maupun eksternal. Inrternal maksudnya yaitu factor tersebut
berasal dari dalam diri seorang anak, misalnya factor turunan anak dari kedua
orangtuanya. Sedangkan eksternal berarti factor yang dimaksud berasal dari luar
dirinya. Misalnya factor lingkungan. Untuk lebih jelas berikut factor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak.
1.
Factor
turunan ( genetic)
Menurut para ahli , setiap anak yang ahi kedunia ini
membawa beerbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek
dan kakek, diantaranya bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, interasi, bakat,
sifat-sifat atau watakdan bahkan penyakit. Selain itu perkembangan anak yang
dipengaruhi gen yang langsung, yaitu kulaitas system saraf, keseimbangan
biokimia dan setruktur tubuh.[1] Aliran
nativisme yang dipelopori oleh artur sopenhaur berpandangan bahwa perkembangan
manusia itu ditentukan oleh pembawaan.
Dalam konteks diatas, dapat dipahami bahw
aperkembangan anak ditenttukan oleh pembawaan atau bakat yang dimiliki oleh
orangtuanya. Dan dapat disimpullkan bahwa perkembangan anak sedikit banyak
dipengaruhi oleh keturunan.
2.
Factor
lingkungan
Factor kedua yang mempengaruhi perkembangan seorangg
anak ialah factor lingkkungan. Factor lingkungan ini memiliki arti yang sangat
luas, yang meliputi lingkungan keluarga, rumah, sekolah maupun masyarakat. Dalam
hal ini lingkungan diartikan sebagai keluarga yang mengasuh dan membesarkan
anak, sekolah tempat mendidik dan masyarakat tempat anak bergaul juga bermain
sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklim flora dan faunanya.[2]
Lingkungan sangat berarti besar terutama llingkungan keluarga yang sangat
penting dan membantu anak dalam mengoptimalkan perkembangannya, terutama
tingkah laku seorang anak yang mencontoh gerak dan sikap orangtua. Menurut
Hamner dan Tunner peren orang tua yang sesuuai dengan fase perkembangan anak
adalah sebagai berikut.
a.
Pada
masa bayi orang tua berperan sebagai perawat (caregive)
b.
Pada
masa kanak-kanak sebagai pelindung (
protector)
c.
Pada
massa pra sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d.
Pada
masa sekolah dasar sebagai pendorong (
encourager)
e.
Pada
masa pra remaja dan remaja berperan sebagai konselor ( counselor)[3]
Menurut
aliran empirisme yang dipelopori oleh jhon lock pengalaman lingkungan merupakan
masukan terbesar dalam perkembangan anak. Haal ini teor yang termashur adalah
tabularasa yang memillii arrti lembaran kosong. Dengan kata lain, setiap anaak
yang dilahirkan kedunia ini diibaratkan seperti kertass kosong yag tidak mempunya kemampuan atau bakat apapun. Jadi
aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu semata-mata bergantung
pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan bawaan
dianggap tidak ada pengaruhnya.[4]
Dari sini
terlihat jelas bagaimana bertolak belakang ataupun adanya pertentangan antara
teori nativisme dan empirisme, akan tetapi kedua teori tersebut memiliki dasar
yang berbeda-beda dan dengan metode penelitiannya yang berbeda pula. Factor
perkembangan anak ini tidak dapat pula terpisahkan antara factor dari bawaan
yang dibawa anak sejak lahir, tetapi perkembanganya tidak biasa lepas dari lingkungan
dalaam bergaulnya. Dari sinilah kemudian muncul teori konvergensi yang
merupakan teori menyatukan antara aliran empirisme dan aliran nativisme. Teori
konvergensi dipelopori oleh seorang ahli psikolog dari jerman yaitu Williaam
Stern yang mencoba meneliti dari berbagai sudut pandang perkembangan anak,
sehingga factor pertkembangan anak menurut Wiliam stern diengaruhi oleh factor bawaan
ataupun genetic dan factor lingkungan dimana anak berinteraksi.
faktor-faktor inilah yang perlu diperhatikan oleh orangtua anak dan pendidik untuk menciptakan lingkungan dan arahan yang baik dan merangsang tumbuh kembang anak di usia emas yaang tidak terulang kembali dimasa remaja dan seterusnya. diikarenakan perkembangan tidak akan ada batasnya sampai akhir hayat seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar