BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Makalah
Pembelajaran mengenai
anak usia dini (prasekolah) tidaklah sama dengan pembelajaran yang dilakukan di
lembaga sekolah lainnya seperti sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah atas. Diakhir kelas enam sekolah dasar atau kelas sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas, siswa mengerjakan ujian akhir
nasional untuk menentukan lulus tidaknya siswa. Ujian akhir tersebut berbentuk
tes tertulis, soal-soal yang ada didalamnya menggambarkan materi pelajaran
standar yang dipelajari siswa selama belajar di sekolah. Proses seperti ini
dikenal dengan istilah evaluasi belajar tahap akhir nasional kemudian diganti
menjadi ujian akhir nasional yang biasanya dilakukan setelah akhir suatu program.
Tujuan adanya ujian
akhir nasional adalah untuk mengukur keberhasilan suatu program yang diwujudkan
dalam bentuk angka atau skor. Jika anak memperoleh niai delapan puluh berarti
anak tersebut menguasi delapan puluh persen materi pelajaran dan berarti lulus.
Sedangkan untuk anak
taman kanak-kanak, proses evalusi seperti diatas tidak sesuai, bahkan tes
tertulis seperti itu sebaiknya dihindari kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu.
Pertimbangannya ialah bahwa anak taman kanak-kanak belum bisa membaca dan menulis.
Selain itu, tes tertulis membuat anak stres. Sebagai gantinya didalam lembaga
pra sekolah memakai asesmen sebagai evaluasi, penilaian, pengukuran kemampuan
belajar siswa. Adapun aspek-aspek pengembangan kompetensi pada anak usia dini
sebagai pendoman guru pendidik untuk mengetahui bagaimana cara mengenal dan
mengetahui karakteristik anak usia dini serta membantu dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas , rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut;
1.
Apa Pengertian Asesmen ?
2.
Apa Fungsi dari Asesmen ?
3.
Apa saja Komponen Asesmen?
4.
Apa Manfaat Asesmen?
5.
Apa saja Aspek-Aspek Perkembangan Anak
Usia Dini ?
6.
Apa saja Manfaat Perkembangan Anak Usia Dini?
C.
Tujuan
dan Kegunaan Pembuatan Makalah
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut diatas, tujuan dan kegunaan makalah ini sebagai berikut:
1.
Mengetahui Pengertian Asesmen
2.
Mengetahui Fungsi dari Asesmen
3.
Mengetahui Komponen Asesmen
4.
Mengetahui Manfaat Asesmen
5.
Mengetahui Aspek-Aspek Perkembangan Anak
Usia Dini
6.
Mengetahui Manfaat Perkambangan Anak
Usia Dini
7.
BAB
II
PEMBAHASAN
I
ASESMEN
KOMPETENSI
A.
Pengertian
Assesmen Kompetensi
Asismen adalah suatu
proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa
serta bagaimana proses ia menghasilkan karya.[1] Asesmen
adalah proses pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan dengan
anak tersebut.[2] Tujuan utama dari suatu asesmen adalah untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
merencanakan program pembelajaran. Menurut Hargrove dan Poteet, asesmen
merupakan salah satu dari tiga aktivitas evaluasi belajar, ketiga aktivitas
tersebut adalah asesmen, diagnotik, dan preskriptif.[3]
Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh lerner, dalam kaitannya
dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima
keperluan, yaitu:
1)
Penyaringan (screnning)
2)
Pengalihtanganan (referral)
3)
Klasifikasi (classification)
4)
Perencanaan pembelajaran ( instruction
planning)
5)
Pemantauan kemajuan belajar (
monittoring pupil progress).[4]
Asesmen tidak digunakan
untuk mengukur keberhasilan suatu program, tetapi untuk mengetahui perkembangan
atau kemajuan belajar anak. Harun rasyid
dalam bukunya asesmen perkembangan anak usia dini menjelaskan bahwa asesmen
bagi anak usia dini dan taman kanak-kanak bukan bertujuan untuk mengukur
prestasi dan mencapai keberhasilan skolastik, melainkan untuk melihat tingkat
kemajuan perkembangan serta kemampuan yang telah dilakukan anak dalam berbagai
tindakan, sikap, kinerja, dan tampilan mereka. Prinsip asesmen bagi anak usia
dini dan taman kanak-kanak adalah proses memahami tingkat perkembangan dan
pertumbuhan kemampuan anak secra terus menerus dengan cara mengumpulkan data
melalui amatan, pencatatan, rekaman, terhadap perilaku yang ditampilkan.[5] Asesmen
tidak dilakukan dikelas pada akhir program atau diakhir tahun TK, tetapi
dilakukan secara bertahap dan berksesinambungan sehingga kemajuan belajar siswa
dapat diketahui. Seperti: ketika anak bermain, menggambar atau dari karya yang
dihasilkan. Asesment tidak mengkondisikan anak pada bentuk ujian.
Dengan mengetahui
bakat, minat, kelebihan dan kelemahan siswa, maka guru bersama-sama dengan
orang tua siswa dapat memberi bantuan belajar yang tepat untuk anak sehingga
dapat diperoleh hasil yang optimal[6]. Assesment
kompetensi perlu dilakukan melalui berbagai penilaian agar rumus yang
dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Eko Yunianto,
beberapa penilaian yang digunakan dalam menyusun kompetensi anak usia dini
yaitu:
1.
Beriorentasi pada kebutuhan anak untuk
mendapatkan layanan pendidikan, dan gizi yang dilaksanakan secara integratif
dan holistik.
2.
Belajar melalui bermain dengan
menggunakann strategi, metode, materi atau bahan, dan media yang menarik agar
mudah diikuti oleh anak.
3.
Kreatif dan inovatif, dapat dilakukan
dengan kegiatan yang menarik, memmbangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi , anak
untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
4.
Lingkungan yang kondusif, lingkungan
harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangka, dengan memperhatikan
kenyamanan anak dalam bermain.
5.
Menggunakan pembelajaran terpadu,
menggunakan tema yang menarik anak ( cenet of interest), dimaksudkan agar anak
mampu dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
6.
Mengembangkan ketrampilan hidup melalui
pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri, didiplin dan memperoleh
bekal ktrampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidup.
7.
Menggunakan berbagai media dan sumber
belajar yang berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja
disiapkan.
8.
Pembelajaran yang beroriantasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak, ciri-ciri pembelajaran ini adalah anak
belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa
aman dan tentram scara psikologis, siklus belajar anak selalu berulang, dimulai
dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan, memperoleh penemuan, untuk
selanjutnya anak dapat menggunakannya.
9.
Stimuli terpadu, pada saat anak
melakukan kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa aspek pengembangan
sekaligus.
Dengan
diuraikannya penilaian-penilaian kompetensi diatas, pendidik dapat mempergunakan dalam menyusun perencanaan
maupun melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.[7]
B.
Prinsip-Prinsip
Asesment
Menurut
puckett dan black (1994) asesmen
autentik yang diterapkan pada anak usia dini menggunakan beberapa prinsip
sebagai berikut.
1.
Holistik
Asesmen meliputi seluruh aspek
perkembangan anak, seperti aspek fisik motorik, sosial, moral, emosional,
intelektual, bahasa dan kreatifitas. Perkembangan anak pada aspek dipantau
untuk mengetahui kelebihan, kelemahan,
serta kebutuhan anak.
2.
Autentik
Asesmen dilaksanakan melelui kegiatan
yang nyata, fungsional, dan alami dengan harapan hasil asesmen menggambarkan
kemampuan anak yang sesungguhya.
3.
Kontinu
Asismen dilakukan secara kontinu, setiap
saat ketika anak melakukan secara harian atau mingguan, tergantung kapan guru
memandang saat yang tepat bagi seorang anak untuk dilihat kemampuannya pada
aspek tertentu.
4.
Individual
Asesmen dilakukan untuk melihat
perkembangan setiap siswa secara individual meskipun mungki dilakukan saat anak
melakukan kegiatan kelompok. Asesmen tidak membandingkan prestasi siswa yang
satu dengan siswa lainnya. Tetapi asesmen berusaha untuk mengungkap kelebihan,
kelemahan, kebutuhan setiap siswa. Oleh karena itu tidak layak jika di TK ada
juara kelas. Hal itu didasarkan atas prinsip keilmuan PAUD yang menyatakan
bahwa setiap anak pada dasarnya unik, memiiliki bakat, minat, dan kemampuan
yang berbeda. Fungsi guru, orang tua, dan profesional ialah memberikan bantuan
kepada setiap anak agar ia berkembang secara optimal sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuan masing-masing.
5.
Multisumber dan Multikonteks
Aesmen dilakukan pada beragai konteks.
Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan motorik halus seorang siswa, guru
dapat melihat saat kegiatan menggunting, mewarnai pola, menggambar bentuk, dan
menempel. Untuk melihat perkembangan moral dan sosial dapat dilakukan bermain
bersama, mantre mengambil makanan, sharing pewarna saat menggambar, dan saat
kerja kelompok. Selain observasi dan
hasil karya anak, guru juga perlu
mendiskusikan hasil pengamatannya kepada orang tua, anak, dan para profesional
agar informasi yang ia peroleh semakin lengkap.[8]
C.
Teknik
Asesmen
Teknik asesmen meliputi
semua kegiatan menilai pada setiap siswa, yaitu:
1.
Pengamatan (observing)
2.
Pencatatan (recording)
3.
Dokumentasi (documenting)
Kegiatan pengamatan
dapat dilakukan melalui bernagai teknik pengamatan, yang meliputi:
1.
Narative observation
2.
Anecdotal record
3.
Running record
4.
Time sampling
5.
Chek list
Dari hasil pengamatan
tersebut kemudian dianalisis meliputi tingkat perkembangannya, kelebihan,
kekurangan, serta kebutuhan anak untuk kelanjutan perkembangannya.[9]
Sehingga dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak, serta mengetahui segala
potensi anak kedepannya dan sebagai laporan kepada orangtua.
D.
Komponen
Asesmen
Komponen yang dipantau melalui aspek
perkembangan anak, yaitu:
1.
Aspek Perkembangan Fisik Motorik
a.
Motorik kasar antara lain meliputi
1)
Memenjat tali, tangga, panjatan;
2)
Berlari;
3)
Melompat;
4)
Menendang bola;
5)
Menangkap bola;
6)
Bermain lompat tali;
7)
Berjalan pada titian keseimbangan.
b.
Motorik halus meliputi:
1)
Menarik resleting;
2)
Mengancing baju;
3)
Menggunting pola;
4)
Mengikat tali sepatu;
5)
Mewarnai pola;
6)
Makan dengan sendok;
7)
Menyisir rambut, dan menggambar.
c.
Organ sensor meliputi:
1)
Mendengarkan perintah guru dari jauh;
2)
Melihat tullisan atau bagan di papan
tulis dari jauh;
3)
Mengenali berbagai benda dalam kotak
tanpa melihat;
4)
Mampu membedakan bernagai macam rasa;
5)
Mampu mengenali berbagai macam bau;
6)
Menyebutkan warna benda;
7)
Menyebutkan ciri-ciri objek dari
observasi.
d.
Kesehatan badan antara lain meliputi:
1)
Seimbang antara tinggi dan berat badan;
2)
Aktif dan lincah;
3)
Catatan kehadiran baik;
4)
Mampu menggunakan berbagai alat
permainan di luar kelas.
2.
Aspek
Perkembangan Kognitif
a.
Informasi/pengetahuan
figurative meliputi:
1)
Mengenal
nama-nama warna:
2)
Mengenal
nama berbagai benda yang ada dirumah dan fungsinya;
3)
Mengenal
nama bagian0bagian tubuh;
4)
Mengenal
nama dan alamat:
5)
Mengenal
nama anggota keluarga, teman, dan guru.
b.
Pengetahuan
prosedur/operatif antara lain meliputi:
1)
Menjelaskan
bagaimana cara pergi dan pulang sekolah;
2)
Menjelaskan
cara menggunakan berbagai peralatan dirumah atau disekolah;
3)
Mampu
membandingkan dua objek atau lebih;
4)
Menghitung,
menata, mengurutkan dan mengklasifikasikan;
5)
Mengidentifikasi
masalah, mencari alternative pemecahan, memecahkan masalah sederhana:
6)
Mampu
ke toilet, memakai baju, dan akan sendiri.
c.
Pengetahuan
temporal dan spesial meliputi:
1)
Mengetahui nama hari dan tanggal
2)
Mengetahui waktu (siang, sore, malam,
kemarin, besok), musim, dan cuaca;
3)
Mengenal lokasi (diatas, dibawah,
disamping, kanan, kiri, tinggi, rendah);
4)
Mengenal kecepatan (cepat, lambat).
d.
Pengetahuan dan pengingat memori
meliputi:
1)
Mengingat alfabet;
2)
Mengingat nama-nama teman;
3)
Mengingat nama hari.
3.
Aspek perkembangan moral
a.
Mengenal aturan sekolah
b.
Mengenal sopan santun
c.
Mengenal otoritas
4.
Aspek perkembangan sosial
a.
Interpersonal meliputi:
1)
Mampu bermain bersama teman
2)
Mau bergantian dan antre
3)
Mengikuti perintah dan petunjuk guru
4)
Mampu berteman, berkomunikasi, dan
membantu teman.
b.
Personal
1)
Mau merespon fan menjawab pertanyaan
guru
2)
Mampu mengekspresikan diri dikelas
3)
Percaya diri untuk bertanya,
mengemukakan ide, dan tampil
4)
Mandiri saat makan, bekerja, dan memakai
pakaian.
5)
Mau ditinggal atau tidak ditunggui orang
tua disekolahan.
5.
Aspek perkembangan emosi
a.
Menunjukkan rasa sayang pada teman,
orang tua, guru
b.
Menunjukkan rasa empati dan menolong
teman
c.
Mengontrol emosi dan agraris, tidak
melukai atau menyakiti teman.
6.
Kemampuan dalam disiplin ilmu
a.
Matematika atau berhitung
1)
Menghitung benda 1-5
2)
Menghitung benda 1-10
3)
Menghitung benda lebih adari 10
4)
Mengenal angka 1-5
5)
Mengenal angka 1-10
6)
Menjumlahkan benda sampai 5
7)
Menjumlahkan benda sampai 10
b.
Sains
1)
Kemampuan observasi(pengindraan), mampu
mengamati berbagai gejala benda dan peristiwa.
2)
Mengomunikasikan hasil observasi dan ide
3)
Kemampuan klasifikasi, mengelompokkan
benda berdasarkan ciri-cirinya.
4)
Menyatakan bilangan untuk menyatakan
lebih banyak, lebih besar
5)
Menggunaka ruang dan waktu
6)
Menghubungkan sebab dan akibat
7)
Melakukan inferensi
c.
Pengetahuan sosial
1)
Mengenal nama teman
2)
Memiliki teman bermain lebih dari satu
3)
Menghargai pendapat orang lain
4)
Menunjukkan rasa empati
5)
Menunjukkan kemampuan mematuhi aturan.
d.
Bahasa
1)
Mampu berkomunikasi dengan orang dewasa
dan orang lalin
2)
Mampu mengomunikasikan ide melalui
drama, bermain, atau tulisan
3)
Mengenal huruf, memiliki kosa kata
cukup, dan menunjukkan perkembangan membaca.
e.
Seni
1)
Mampu mengekspresikan ide melalui gambar
2)
Mampu mengeksspresikan diri melalui
drama
3)
Mampu mengikuti lagu dan senang
bernyanyi.[10]
BAB III
PEMBAHASAN II
ASPEK-ASPEK PENGEMBANGAN KOMPETENSI
ANAK USIA DINI
A.
Aspek
Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut
Catron dan Allen menyebutkan bahwa terdapat enam aspek perkembangan anak usia
dini ,yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi,komunikasi, kognitif, ketrampilan motorik motorik.
Kemampuan motorik sangat pentng dan harus dipertimbangkan sebagai interakal.
Ketrampilan tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai
komponen yang integral dari lingkungan bermain yang baik. Perkembangan anak
pada enam aspek dibawah ini membentuk fokus sentra lsebagai pengembangan
kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini. [11]
1)
Pengembangan emosi
Melalui ermain anak dapat belajar
menerima berekspresi dan mengatasi masalah.
2)
Kesadaran personal
Permainan yang kreatif memugkinkan
perkembangan kesadaran sosial bermain mendukung anak tumbuh secara mandiri dan
memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain anak dapat menemukan hal
yang baru, bereksplorasai. Meniru dan mempraktekkan kehidupan sehari-hari sebagai
sebuah langkah dalam membagun ketrampilan menolong dri sndiri, ketrampilan ini
membuat anak merasa kompeten dengan cara yg positif, bermain juga memberikan kesmpatan pada anak untuk
mengenal diri meraka dan untuk mengembangken pola perilaku yg memuaskan dalam hidup.
3)
Membangun sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi
perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain dan untuk kemampuan soialisasi dan memperluas
empati terhadap oranglain serta mengurangi sikap egosentrisme. Pengembangn
komunikasi bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan.
4)
Kemampuan berbahasa anak
Melalui komunikasi anak dapat memperluas
kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta mengekspresikan kemampuan
berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada
situasi bermain spontan.
5)
Pengembangan kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak
untuk secara aktif terlibat dengn lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan
suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.
6)
Pengembangan kemampuan motorik
Kesempatan yang luas untuk bergrak pengalaman
belajar utk menemukan, aktivitas sensorik motor yang meliputi pengunaan otot-otot besar dan kecil. Memungkinkan anak untuk memenuhi
perkembangan perseptual motorik.[12]
B.
Berbagai
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Mansur
mengungkapkan dalam bukunya pendidikan
anak usia dini dalam islam dijelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak
dalam kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih menitik beratkan pada
perubahan fisik ynag bersifat kuantitatif, sedangkan perubahan progresif
sebagai akibt dari proses kematangan dan pengalaman.[13] Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh misalnya bertambah
berat badan. Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung
secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi
kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkahlaku dan
sebagainya.[14]Untuk
mengembangkan berbagai kemampuan atau potensi anak , maka dikembangkan
aspek-aspek pengembangan, yakni: pengembangan moral dan nilai-nilai agama,
pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif, pengembangan
sosio-emosional, pengembangan seni dan kreatifitas.
Sesuai
dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk
berkembanga secara komperhensip, sedah barang tentu orientasi pendidikan pada
anak usia dini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan kecaerdasan semata,
tetapi juga mencakup aspek perkembangan yang lebih luas. Aspek-aspek
perkembangan yang terjadi pada anak usia dini meliputi: aspek fisik dan
motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek moral dan nilai-nilai agama, aspek
sosio-emosional, aspek seni dan kreativitas.[15]
1.
Perkembangan Fisik dan Motorik
Menurut Elizabeth,
perkembangan fisik sangat pentingdipelajari, karena baik secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung,
perkembangan fisik anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Secara
tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana
anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain.
Perkembangan motorik
kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada
usia dini anak masih mnyukai gerakan sederhana seperti melompat dan berlari. Perkembangan
motorik halus meliputi perkembangan otot halus meliputi perkembangan otot halus
dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh
yang lebih spesifik: seperti menuis, melipat, merangkai, mengancing baju dan lain
sebagainya.adapun perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum,
yaitu:
a.
Continuity
Dimulai dari sederhana ke yang lebih
kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak
b.
Unifrom sequence (memiliki harapan yang
sama)
Memiliki pola tahapan yang sama untuk
semua anak. Meskipun perkembangan kevakapan anak berbeda-beda.
c.
Meturity (kematangan),
Dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf
dari gerakan yang bersifat umum ke
khusus.
d.
Chepalo-coudal direction
Bagian yang mendekati kepala berkembang
lebih dahulu dari bagian mendekati ekor.
e.
Bersifat proximu-distal
Bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh
berkembang lebih dulu dari yang lebih jauh.
f.
Koordinasi bilateral menuju crosslateral
Bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih
dahulu sebelum melakukan koordinasi
organ bersilangan.
Dapat
dikatakan bahwa kompetensi dan hasil beajar yang ingin dicapai dalam aspek
pengembangan fisik adalah kemampuan mengelola dan ketrampilan tubuh termasuk
gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, gerakan kasar,
serta menerima rangsangan dari panca indra.[16]
Ada
beberapa hal tentang tahap awal pendidikan pada usia 0-1 tahun, yaitu:
a.
Telungkup
Tahap awal yang
dilakukan bayi ketika rata-rata berusia 6-9 bulan.
b.
Duduk
Tahap selanjutnya untuk
melangkah proses pendidikan selanjutnya.
c.
Merangkak dan Merayap
d.
Berdiri dan belajar
Berdiri dan belajar
yang merupakan tonggak awal untuk melatih
kecerdasan fisik yang
berkaitan dengan pendidikan gerakan.
2.
Perkembangan Kognotif
Perkembangan kognitif
pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan motorik. Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi,
sehingga dapat berfikir. [17]Perkembangan
kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi
persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. [18]Istilah
kognisi (cognition) dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi kompleksitas
dunia. kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan
pengalaman mengenai dunia dan bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.[19]
3.
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa
bertujuan untuk mengembangkkan kemampuan anak atau seseorang untuk
berkomunikasi. Pada anau berusia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat tanya
dan kalimat negatif. Pada usia 5 tahun mereka telah menghimpun kuranglebih
8.000 kosa kata, disamping itu telah menguasai hampir semua bentuk dasar tata
bahasa.[20]
4.
Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
Semua manusia
dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam
keadaan lemah, namun ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten.
Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap, lebih-lebih pada usia dini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
anak dilahirkan bukanlah sebagai makhluk yang religius, bayi sebagaimanusia
dipandang dari segi bentuk dan bukan kejiwaan. Ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa anak sejak lahir telah membawa fitrah keagamaan, fitrah itu
baru berfungsi dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah
berada pada tahap kematangan.[21]
a.
Perkembangan agama pada anak
1)
The fairty tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak
berusia 3-6 tahun.pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi
oleh fantasi dan emosi.
2)
The realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk
sekolah dasar hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada
kenyataan.
3)
The individual stage
Anak pada masa ini memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa
alasan mengenalkan nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai
punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah
potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan hamba Allah.[22]
b.
Sifat-sifat agama pada anak
1)
Unreflective (tidak mendalam)
Mereka menerima ajaran agama dengan
tanpa kritik. Kebenaran yang mereka trima tidak begitu mendalam sehingga cukup
sekedarnya saja dan mereka sudah cukup puas.
2)
Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri
sendiri sejak tahhun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan
dengan pertambahan pengalaman.
3)
Antropomorphis
Konsep ketuhanan pada diri anak
menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam
pikiran mereka bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia.
4)
Verbalis dan Retualis
Kehidupan agama pada anak sebagaimana
besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal
kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka
laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada
mereka. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat
ritualis (praktek) mereka hal yang berarti dan merupakan salah stu ciri dari
tingkat perkembangan agama pada anak-anak.
5)
Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh
anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Misalnya berdoa dan shalat.
6)
Rasa Heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan
sifat keagamaan yang terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat
berbeda pada rasa kagum pada orang dewasa. Rasa kagum pada anak ini belum
bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan
lahiriyah.[23]
5.
Perkembangan sosio-emosional
Perkembangan sosial anak
dimulai dari sifat egosentrik, individual, kearah interaktif komunal. Pada
mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang dari satu sisi, yaitu
dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya, maka
pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan
anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosial. Perkembangan sosial
meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial.
Emosi merupakan
perasaan yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologi dan perilaku yang
terlihat. Adanya sifat egosentrisme yang tinggi pada anak disebabkan anak belum
dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Ada beberapa aspek
perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini.
Belajar bersosialisasi diri, yaitu usaha untuk mengembangkan rasa percaya diri
dan rasa kepuasan bahwa dirinya diterima dikelompoknya.
Belajar berekspresi
diri, yaitu belajar mengekspresikan bakat, pikitran dan kemampuannya tanpa
harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa. Belajar mandiri dan berdiri
sendiri lepas dari pengawasan orang tua atau pengasuh. Belajar masyarakat,
menyesuaikan diri dengan kelompok, bekerja sama, saling membagi, bergiliran,
dan bersedia menerima aturan-aturan dalam kelompok. Belajar mengembangkan daya
kepemimpinan anak. Maka keluarga berperan penting untuk mendidik anak tersebut.
Kemampuan sosio emosional yang harus dikuasai anak usia 3-4 tahun adalah anak
dapat mengekspresikan wajah saat sedih, marah, takut, dan sebagainya, bisa
menjadi pendengar dan pembicar yang baik, membereskan mainan setelah selesai bermain,
sabar menunggu giliran dan terbiasa antri, mengenal aturan dan mengikuti
peraturan, mengerti akibat jika melakukan kesalahan, memiliki kebiasaan yang
teratur.[24]
Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah
kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat,
menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri,
sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.
6. Perkembangan
seni dan kreatifitas
Munandar mengungkapkan
tentang beberapa pengertian kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.
Kreativiras (berfikir kreatif atau berfikir devergent) adalah kemampuan yang
berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan dan keragaman jawaban.[25] Perilaku
yang mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat diidentifikasi
dari beberapa ciri yang ada. Senang menjajaki lingkungan, mengamati dan
memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif. Rasa ingi
tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan takhenti-hentinya. Bersifat
spontan menyatakan pikiran dan perasaannya. Suka berpetualang, selalu ingin
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Suka melakukan eksperimen, membongkar
dan mencoba-cobaberbagai hal. Jarang merasa bosan, dan ada-ada saja yang ingi
dilakukan.[26]
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asismen
adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokumentasian kinerja dan
karya siswa serta bagaimana proses ia menghasilkan karya. Asesmen adalah proses
pengumpulan informasi tentang seorang yang akan digunakan dengan anak tersebut.
Tujuan atau fungsi utama dari suatu
asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan merencanakan program pembelajaran. Komponen-komponen asesmen
aspek perkembangan fisik-motorik, kognitif, moral, sosial, emosional, kemampuan
dalam disiplin ilmu.
Aspek-aspek
perkembangan anak usia dini yaitu: perkembangan fisik dan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan nilai-nilai agama,
perkembangan sosio-emosional, perkembangan seni dan kreatif. Tujuan atau
manfaat dari aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini serta membimbing anak usia dini
untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur.
2011. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rosyid,
Harun. Dkk. 2012. Asesmen Perkembangan
Anak Usia Dini. Yogyakarta. Gama Media.
Kurniasih, Imas. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia
Abdurrahman,
Mulyono. 2003. Pendidikan AnakBerkesulitan Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indeks.
Suyanto,
Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. Hikayat
Publishing.
[1] Slamet suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Hikayat Publishing, yogyakarta, 2005, hlm. 188
[2] Mulyono Abrurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 46
[3] Ibid,.. hlm. 46
[4] Ibid,.. hlm. 47
[5] Harun Rasyid, dkk, Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini,
Gama Media, Yogyakarta, 2012, hlm.142
[6] Slamet suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak,... hlm. 189
[7] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2011, hlm. 75
[8] Slamet suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak,...hlm. 189
[9] Ibid,.. hlm. 191
[10] Slamet suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak,...hlm.
192-197
[11] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Indeks, Jakarta, 2012. hlm. 62
[12] Ibid,.. hlm. 64-65
[13] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. , hlm.17
[14] Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, Edukasi,
2011, hlm. 13
[15] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. ,hlm. 22
[16] Ibid,.. hlm. 24
[17] Ibid,.. hlm. 33
[18] Mulyono Abrurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan,...
hlm.170
[19] Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini,.. hlm. 34
[20] Ibid,.. hlm. 36
[21] Ibid,.. hlm. 46
[22] Ibid,.. hlm. 45
[23] Ibid,..
hlm. 52-55
[24] Ibid,.. hlm. 58
[25] Ibid,.. hlm 60
[26] Ibid,.. hlm 59
terima kasih atas postingannya, sangat begus dan sumbernya lengkap. izin saya simpan ya mbak..
BalasHapusblognya juga sangat menarik, oiya kuliah di jurusan PGPAUD ya mbaknya?
salam kenal sebelumnya.. :)