Rabu, 19 November 2014

pengertian kurikkulum



PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan secara fungsional adalah upaya manusia muslim merekayasa pembentukan manusia normatif melalui penciptaaan situasi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang demikan pendidikan islam, adalah model rekayasa individu dan sosial yang paling efetif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal di masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa depan umat, maka pendidikan  islam harus memiliki seperagkat isi atau bahan yang akan di tansformasikan kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang sesuai dengan idealism islam. untuk itu perlu dibentuk kurikulum pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai ajaran islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikaan islam mampu memberikan arah terhadap pembentukan kurikum pendidikan yang islami.
Keberadaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang diaharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Baik yang berkaitan dengan ilmu agama maupun umum, antara wawasan ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman. Di dalam ajaran islam terdapat petunjuk dan perintah dari Tuhan , agar umat manusia mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan bagi kehidupannya.
Di kalangan para ahli ilmu pendidikan, kajian terhadap kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sehingga cakupan kurikulum dengan berbagai aliran madzhab, pendekatan, dan coraknya amat beragam. Sebagai agama yang terbuaka dan dinamis, Isalm menganjurkan agar kurikulum tersebut terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman.


B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut;
1.      Apa arti dari kurukulum?
2.      Apa itu kurikulum dalam islam?
3.      Bagaimana kurikulum islam anak usia dini?
4.      Apa saja yang perlu diperhatikan didalam pengembangan kurikulum?
5.      Bagaimana pola pengembangan kurikulum?

C.    TUJUAN MAKALAH
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan dan kegunaan makalah ini sebagai berikut:
1.      Mengetahui arti dari kurukulum?
2.      Mengetahui itu kurikulum dalam islam?
3.      Mengetahui bagaimana kurikulum islam anak usia dini?
4.      Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pengembangan kurikulum?
5.      Mengetahui bagaimana pola pengembangan kurikulum?








PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN KURIKULUM
Pengertian kurikulum dari segi bahasa dapat diartikan bahwa kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau materi pelajaran yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.[1] Menurut Ronald C. Doll menjelaskan bahwa kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan pada anak-anak peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah.[2]
Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik mengatakan bahwa kurikulum terdiri dari tiga poin penting, yaitu mencakup kurikulum yang memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan kurikulum sebagai pengalaman belajar. Poin pertama, lebih jauh dinyatakan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh anak didik guna memperoleh pengetahuan. Mata pelajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pada masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Poin kedua menjelaskan bahwa kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan untuk mengajarkan anak didik. Dengan program itu, mereka melakukan berbagai kegiatan belajar yang berujung pada perubahan dan perkembanagan tingkahlaku anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dalam konteks ini, sekolah menyediakan lingkungan yang memberikan kesempatan belajar, mencakup segala sesuatu yang bisa mempengaruhi perkembangan anak mulai bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar, halaman sekolah, dan masih banyak lagi. Poin ketiga menjelaskan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar yang meliputi kegiatan dalam kelas dan luar kelas.[3]
Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Di dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar, atau dapat dianggap sebagai pengalaman belajar, seperti berkebun, olahraga, pramuka, dan pergaulan, selain mempelajari bidang studi. Semuanya itu merupakan pengalaman belajar yang bermanfaat. Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman belajar itulah kurikulum.[4]

B.            PENGERTIAN KURIKULUM DALAM ISLAM
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.[5]
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determenian kurikulum.
Herman H. Horne memberikan dasar kurikulum dengan tiga macam, yaitu:
1.             Dasar psikologis, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan peserta didik (the ability and needs of children)
2.             Dasar sosiologi, yang digunakan untuk mengetahui tuntutan sah dari masyarakat (the legitimate demands of society)
3.             Dasar filosofis yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam semesta tempat kita hidup (the kind of universe in which we live)
Dalam perspektif islam, pendapat Herman diatas sesungguhnya blum menjamin bahwa kurikulum dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan,karena belum memasukkan dasar religius yang wajib diresapi oleh peserta didik sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. “ karena itu, al-Syaibani” menetapkan empat pokok dalam kurikulum pendidikan islam, yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar psikologi, dasar sosiologi, dan dapat pula ditambah dasar organisatoris.
Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan mental.[6] Ini berarti bahwa proses pendidikan islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara sermpangn, tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna  (baik sebagai kholifah maupun ‘abd) melalui transformasi sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yangg harus tersusun dalam  kurikulum pendidikan islam. Disinilah peran filsafat pendidikan islam dalam memberikan padangan filosofis tentang hakekat pengetahuan, keteramplan dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna (insan kamil).


C.           KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
Istilah kurikulum anak usia dini terdapat beberapa peristilahan sejenis yang mengandung makna yang cenderung hampir sama. Peristilahan yang dimaksud adalah program kegiatan belajar bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini, dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini. Semua peristilahan ini pada dasarnya mengandung makna yang sama, yaitu berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak.
Berhubungan dengan hal kurikulum, peristilahan pengembanagn kurikulum adalah istilah yang paling tepat sesuai dengan pengembangan program kegiatan bermain bagi anak usia dini. Dikarenakan istilah kurikulum terkesan formal dan terstruktur, maka istilah kurikulum seingkali ditukar pakaikan dengan istilah program kegiatan belajar.
Di dalam kurikulum anak usia dini, memiliki batasan-batasan yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Unsur utama dalam pengembangan anak  usia dini adalah bermain. Pendidikan awal masa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya. Albbrecht dan Miller berpendapat bahwa dalam pengembangan program kegiatan bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat dari aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak bereksolorasi dan berkreativitas,  sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator pada saat anak memburuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Secara umum kurikulum anak usia dini dapat dimaknai sebagai seperangkat kegiatan belajar sambil bermain yang sengaja dirancang untuk dapat dilaksanakan dalam rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar pengembangan diri anak usia lebih lanjut.[7]
Menurut para cendekiawan muslim, mereka berpendapat baahwa asas yang pokok atau ciri utama dari kurikulum pendidikan islam itu adalah agama dan akhlak. selain itu kalau memperhatikan lembaga pendidikan islam berupa madrasah, pondok pesantren, maka itu menjadi kenyataan bahwa hal pokok dari pendidikan islam adalah agama dan akhlak, baik masa sekarang atau masa yang telah lalu. Hal ini tidak mengherankan karena islam satu agama dan juga adalah sumber akhlak dan sangat mementingkan masalah akhlak. sekaligus juga mewjibkan untuk menyebarkan dan mengajarkan kepada manusia, sesuai dengan Al Qur’an:[8]
 
Artinya: “Dan tidaklah (betul dan elok) orang-orang yang beriman keluar semuanya (pergi berperang) oleh itu, hendaklah keluar sebahagian sahaja dari tiap-tiap puak di antara mereka, supaya orang-orang (yang tinggal) itu mempelajari secara mendalam ilmu yang dituntut di dalam agama, dan supaya mereka dapat mengajar kaumnya (yang keluar berjuang) apabila orang-orang itu kembali kepada mereka mudah-mudahan mereka dapat berjaga-jaga (dari melakukan larangan Allah)”.
Al ghozali dalam pendapatnya mengenai pendidikan anak menekankan :
1.             Anak agar diajari al-quran, hadist pilihan, biografi orang-orang besar supaya tertanam dalam jiwanya hormat kepada orang-orang besar/shaleh, sebaiknya dihindarkan membaca syair yang porno karena hal itu menanamkan bibit kerusakan moral dalam jiwanya.
2.             Agar menanamkan akhlak yang mulia, dan tingkah laku yang sopan serta menghindarkan mereka dari sifat yang rusak dan tercela.


D.           HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK MENGEMBANGKAN KURIKULUM
Untuk mengembangkan kurikulum, sebaiknya guru memperhatikan hal-hal berikut ini:[9]
1.      Dasar filosofi dan model TK yang akan dipakai, misalnya model Froebel atau model Montessori.
2.      Dasar yuridis, yaitu aturan-aturan dari pemerintah yang berlaku secara nasional.
3.      Prinsip dasar keilmuan PAUD, teori perkembangan anak, teori belajar dan pembelajaran anak usia dini.
4.      Kebutuhan anak dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
5.      Kemampuan guru dan tersedianya fasilitas di sekolah.
Suatu kurikulum mengandung beberapa komponen, yaitu: tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, dan evaluasi.
Cakupan kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar. Kedua, bagian yang berisi pengetahuan, informasi, data-data, aktivitas dan pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam sylabus. Ketiga, bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut. Keempat, bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil belajar mata pelajaran tersebut.[10]

E.            POLA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum hendaknya mengikuti arahan, seperti yang disarankan oleh NAEYC dalam DAP. Dalam bukunya Reaching Potentials: Appropriate Curriculum and Assesment for Young Children, Bredekamp dan Rosegrant (1992) menyarankan agar pengembangan kurikulum untuk PAUD mengikuti pola sebagai berikut:[11]
1.      Berdasarkan Keilmuan PAUD
Kurikulum PAUD didasarkan atas keilmuan terkini dari PAUD dan hasil-hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komperehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum. Pengetahuan, ketrampilan, serta sikap merupakan satu kesatuan. Cara memperoleh pengetahuan dan ketrampilan akan mempengaruhi sikap anak, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, jika anak dipaksa untuk mengenal huruf dan menuliskannya, anak akan menjadi malas membaca dan menulis karena ia merasa tidak nyaman saat belajar membaca dan menulis.

2.    Mengembangkan Anak secara menyeluruh
Tujuan kurikulum hendaknya ditujukan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik-motorik, sosial, moral, emosional, dan kognitif. Di sisi lain, isi kurikulum hendaknya mencerminkan sifat demokratis, adanya kebebasan untuk menentukan pilihan, keadilan, persamaan hak dan kewajiban, serta keterbukaan. Tujuan kurikuler juga hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

3.    Relevan, Menarik dan Menantang
Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik, dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir. Kurikkulum yang efektif dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikapp dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak. Sebagai contoh, anak dapat belajar mengenal bilangan dengan menghintung temannya.  Anak belajar mengenal huruf dari iklan yang ada di sepanjang jalan, dari buku cerita, atau dari tanda.

4.    Mempertimbangkan Kebutuhan Anak
Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara rasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai oleh anak. Apa yang dipelajari oleh anak hendaknya sesuai dengan apa ynag diinginkan anak, masyarakat, dan negara. Nasionalisme, kebudayaan, nilai-nilai susila dan norma hendaknya diperhatikan dalam penyusunan kurikulum. Perbedaan bahasa, kultur dan budaya hendaknya dapat tercermin dalam isi kurikulum.

5.    Mengembangkan Kecerdasan
Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

6.    Menyenangkan
Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks, dan nyaman belajar di sekolah.Pada dasarnya anak usia dini suka bermain, aktif, dan selalu ingin tahu. Oleh karena itu, kegiatan kurikuler dirancang agar anak dapat belajar sambil bermain, aktif secara fisik dan mental untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

7.    Fleksibel
Kurikulum hendaknya bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan, minat, dan kebutuhan setiap anak. Kurikulum TK diharapkam bisa mengakomodasi hal-hal baru, menyediakan alternatif, dan memungkinkan anak untuk memilih kegiatan. Selain  iti, dalam pelaksanaannya tidak terlalu dibatasi oleh waktu.

8.    Menyatu dan Padu
Kurikulum untuk TK bersifat menyatu dan padu (unified and integrated), artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri  atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.





KESIMPULAN

Pengertian kurikulum dari segi bahasa dapat diartikan bahwa kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau materi pelajaran yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan
Istilah kurikulum anak usia dini terdapat beberapa peristilahan sejenis yang mengandung makna yang cenderung hampir sama. Peristilahan yang dimaksud adalah program kegiatan belajar bagi anak TK, menu pembelajaran anak usia dini, menu generik anak usia dini, dan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini. Semua peristilahan ini pada dasarnya mengandung makna yang sama, yaitu berisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak. Di dalam kurikulum anak usia dini, memiliki batasan-batasan yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini. Unsur utama dalam pengembangan anak  usia dini adalah bermain. Pendidikan awal masa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya



DAFTAR PUSTAKA

·         Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana)
·         Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. (Jakarta: Ciputat Press)
·         Moh. Yamin. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. (Yogyakarta: Diva Press)
·         Mujib, Abdul. Mudzakkir, Jusuf. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana)
·         Sujiono, Yuliana nuraini. 2012. Konsep Dasar PAUD. (Jakarta: Indeks)
·         Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Hikayat)
·         Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya)
·         Zein, Muhammad. 1985. Filsafat Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Sumbangsih offset)


[1] Abuddin Nata. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana 2010) hlm. 121
[2] Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2009),hlm. 25
[3] Ibid,...Moh. Yamin, Manajemen Mutu... hlm. 35
[4] Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya 1994.) hlm. 53
[5] Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 122
[6] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hlm. 56
[7] Yuliana Nuraini Sujiono, Konsep Dasar PAUD,Jakarta: Indeks, 2012) hlm. 198
[8] Muhammad Zein, Filsafat Pendidikan islam, ( Sumbangsih offset: Yogyakarta, 1985), hlm 74
[9] Slamet Suyanto. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Hikayat 2005) hlm. 139
[10]Ibid,...Abiddun. Ilmu Pendidikan... hlm. 131
[11] Ibid,...Slamet, Dasar-Dasar Pendidikan...hlm. 137-138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...