Minggu, 15 April 2018

Mendidik Keimanan Anak Usia Dini Perspektif Hadits

 Mendidik Keimanan Anak Usia Dini Perspektif Hadits

A.    Pengertian Anak Usia Dini
       Menurut aturan pemerintah dan kebudayaan nomor 137 tahun 2014, Anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[1]  
       Sedangkan The National Association For The Education For Young Children (NAECY), membuat klasifikasi rentang usia dini (early childhood) yaitu sejak lahir sampai usia delapan tahun (0-8 tahun). Setiap program dibuat untuk kelompok usia tertentu seperti child care (0-6 tahun), nursery (2-4 tahun), preschool (2,5-5 tahun), parent cooperative preschool (2,5 tahun), baby sitting cooperative (semua usia anak), prekindergarten (3,505 tahun), junior kindergarten (4 tahun), head start (2-6 tahun), child and family resource programme (0-8 tahhun), britis primary school (2-8 tahun), Montessori  school (1-8 tahun). Open education (2-8 tahun).  [2]
       Menurut agama islam tentang anak dapat dikatakan bahwa anak merupakan usia lahir sampai dia menginjak usia baligh, yang mana usia baligh dapat diketahui dengan melalui ciri-ciri tertentu setiap anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
       Jadi dapat dikatakan bahwa anak usia dini adalah usaha pembinaan kepada anak rentang usia 0-8 tahun atau  anak yang belum mengalami akil baliqh yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak siap menghadapi permasalahan-permasalahan di dunia.
B.     Karakteristik Anak Usia Dini
       Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), sosial emosional, bahasa, dan komunikasi. Karena keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya maka anak usia dini menjadi beberapa tahapan, yaitu:[3]
1)      Masa bayi, usia lahir 0-12 bulan.
2)      Masa toddler (batita) usia 1-3 tahun.
3)      Masa pra sekolah usia 3-6 tahun.
4)      Masa kelas awal SD usia 6-8 tahun.
Usia-usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, secara rinci karakteristik anak usia dini sebagai berikut:[4]
1)      Usia 0-1 tahun
       Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Beberapa karakteristik anak usia bayi yaitu pertama, mempelajari kemampuan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan, kedua, kemampuan keterampilan menggunakan panca indra, ketiga, mempelajari komunikasi sosial.
2)      Usia 2-3 tahun
       Adapun karakteristik anak usia 2-3 tahun yaitu, pertama, anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Kedua, anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Ketiga, anak mulai belajar mengembangkan emosi.
3)      Usia 4-6 tahun
       Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain, pertama, berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Kedua, perkembangan bahasa semakin baik. Ketiga, perkembangan kognisi sangat pesat dengan ditandai rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Keempat, bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial walaupun aktiitas bermain dilakukan anak secara bersamaan.
4)      Usia 7-8 tahun
       Adapun karakteristik anak usia 7-8 tahun yaitu, pertama, perkembangan kognisi anak masih sangat pesat. Kedua, perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtua, ketiga, anak mulai menyukai permainan sosial. Keempat, perkembangan emosi anak sudah mulai terbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.
       Dari karakter-karakter tersebut anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda di setiap rentang usianya. Selain itu metode pengajaran yang diberikan pada anak pun berbeda-beda. Maka dari itu peran orangtua sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan memberikan pondasi keimanan pada masa usia dini.

C.     Mendidik Keimanan Anak Usia Dini Perspektif Hadist
       Pendidikan pada masa golden age sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara rohani maupun jasmani anak. pendidikan anak usia dini dapat dimulai sejak dalam kandungkan, bahkan pembentukan karakter dan kepribadian anak sebenarnya pula diawali dengan bagaimana seseorang memilh pasangan hidup guna meneruskan keturunannya.
       Pendidikan pada masa anak adalah pendidikan yang bersifat fundamental bagi anak, dikarenakan pada masa anak (golden age) anak perlu mengasah potensi yang dibawanya sejak lahir dengan bantuan orang dewasa (orangtua, pendidik). Berkaitan dengan pendidikan agama, pendidikan masa awal ini dapat membantu anak memperkokoh dalam segi keyakinan pada Allah Swt.
       Pendidikan awal bagi anak terletak pada diri orang tua dan lingkungan keluarga anak.
Rasulullah SAW.telah menegaskannya dalam hadist :
لأَنْ يُؤَدِّ بَ ا لرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
Artinya:"seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada ia bersedekah dengan satu sebab".(HR.Tirmidzi)
Dari hadist tersebut ditegaskan bahwa mendidik anak sangatlah penting dan bahkan pentingnya itu melebihi sedekah dengan satu sebab.
       Adapun pendidikan awal pada masa anak usia dini menurut hadis nabi dapat dilakukan sebagai berikut
1.      Mengumandangkan adzan ketika anak baru lahir
       Pendidikan awal anak usia dini diawali dengan memberikan pendidikan keimanan sebagai pondasi anak dalam menempuh kehidupan baru di dunia. Pendidikan awal ini dapat diawali dengan mengenalkan kalimat tauhid pada anak.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas RA bahwa nabi bersabda: [5]
افتحوا على صبيانكم اول كلمة لااله الا الله
Artinya : “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak kecuali Allah)” (HR. Al-Hakim)
      Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya pendidikan anak dalam islam mengatakan bahwa rahasia kehidupan diawali dengan kalimat tauhid yaitu agar kalimat dan syiar masuk islam itu menjadi yang pertama masuk ke dalam pendengaran anak, kalimat yang pertama diucapkan oleh lisannya dan afal pertama yang dipahami anak.
      Selain itu, kalimat tauhid sebagai pendidikan keimanan, Rasulullah membuka kehidupan dengan mengumandangkan adzan pada telingaHusain;
عَنْ أبِي رَافِعٍ أنَّهُ قَالَ, رَأيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أذَّنَ فِيْ أذُنِ الحُسَيْنِ حِيْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاَةِ —سنن أبي داود

Artinya: Dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW mengumandangkan Adzan di telinga Husain ketika siti fatimah melahirkannya. (Yakni) dengan Adzan shalat. (HR Abi Dawud(
       Adapun hikmah adzan menurut Ibnu Qoyim yang dikutib Abdullah nashih Ulwan yaitu merupakan dalil yang paling besar bagi perhatian rasulullah Saw terhadap akidah tauhid,, keimanan dan upaya mengusir setan dan hawa nafsu, sejak usia baru mencium bau dunia dan menghirup angin kehidupan.[6]
2.      Aqiqah, Memberi Nama dan Mencukur Rambut Anak
       Dari samuroh, Rasulullah Saw berkata sebagai berikut:[7]
عَنْ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغُلامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّـابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْـلَقُ رَأْسُـهُ( أخرجه الترمذي في كتاب الاضاحي)
Artinya: Dari Samurah RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “(setiap) anak kecil ( belum baligh ) tergadai (dan) ditebus dengan mengakikahkannya, disembelih hewan pada hari ketujuh lahirnya, diberi nama dan dicukur rambutnya”.(HR At-tirmidzi dalam Kitab kurban)

Dari hadist tersebut diterangkan bahwa akhihah, pemberian nama dan dicukur rambutnya dilakukan setelah tujuh hari kelahiran anak di muka bumi.
      Dalam Hadits Ummul Mukminin- ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ أَنَّهُمْ دَخَلُوا عَلَى حَفْصَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَسَأَلُوهَا عَنِ الْعَقِيقَةِ فَأَخْبَرَتْهُمْ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَهُمْ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ.
قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عَلِىٍّ وَأُمِّ كُرْزٍ وَبُرَيْدَةَ وَسَمُرَةَ وَأَبِى هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَنَسٍ وَسَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَحَفْصَةُ هِىَ بِنْتُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ.
“Dari Yusuf bin Mahak, mereka pernah masuk menemui Hafshah binti 'Abdirrahman. Mereka bertanya kepadanya tentang hukum aqiqah. Hafshah mengabarkan bahwa 'Aisyah pernah memberitahu dia, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang hampir sama umurnya, untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan."
Ia berkata, "Dalam bab ini ada hadits serupa dari Ali dan ummu Kurz, Buraidah, Samurah, Abu Hurairah, Abdullah bin Amru, Anas, Salman bin Amir dan Ibnu Abbas." Abu Isa berkata, "Hadits 'Aisyah ini derajatnya hasan shahih, sementara maksud Hafshah dalam hadits tersebut adalah (Hafshah) binti 'Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq." (HR. Tirmidzi)
       Dari hadis yang diriwayatkan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang hampir sama umurnya, untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan sebagai syarat akhikoh sebaagai penebusan ketika anak lahir di dunia.
3.      Pemberian Nama yang baik
       Sebagai orangtua memiliki kewajiban untuk memberikan nama pada anak, hendaknya orangtua memberikan nama-nama yang baik dan indah sesuai anjuran rasulullah Saw. Nama ini adalah nama yang paling dicintai oleh Allah ta’ala berdasarkan hadits :[8]
عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ أَحَبَّ اْلأَسْمَاءِ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Dari Ibnu ‘Umar ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :“Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman” (HR. Muslim)
4.      Mengajarkn ketaatan
       Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir meriwayatkan Ibnu Abbas r.a bahwa ia berkata:[9]
اعلموا بطا عة الله واتقوا معا صى الله ومروا اولادكم بامتثال الا وامر,  واجتناب النوا هى, فذ لك وقا ية لهم ولكم من النار (رواه ابن جرير وابن مندر(

Artinya: Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah dan takut bermaksiat kepada-Nya, serta suruhlah anak-anakmu untuk menaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya, karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka”.
       Abdullah Nashih Ulwan mengatakan ketika akan membukakan kedua matanya dan tumbuh besar, ia telah mengenal perintah-perintah allah, sehingga ia bersegera untuk melaksanakannya dan mengerti larangan-larangannya sehingga ia menjauhinya. Apabila anak sejak memasuki masa balig telah memahami hukum-hukum tersebut maka ia tidak akan mengenal hukum dan undang-undnag selain islam.[10]
5.      Mendidik Anak Untuk Mencintai Rasulullah, Keluarganya Dan Membaca Al-Qur’an
       Ath-thabrani meriwayatkan dari Ali r.a bahwa Nabi Saw bersabda:[11]
ادبوا اولا لدكم  على ثلاث خصال: حب نبيكم  وحب اهل بيته وتلاوة القران فان حملة القران في ظل عرش الله يوم لا ظل الا ظله مع انبياءه واصفيائه  (رواه الطبراني)
Artinya:”Didiklah anak-anakmu pada tiga hal: mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya dan membaca al-Quran. Sebab orang-orang yang ahli al-Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya beserta para nabi dan orang-orang yang suci”.
       Dari paparan hadist cinta rasulullah, keluarga dan sahabat nabi, cinta kepada nabi perlu diajarkan pada anak-anak dari perjalanan nabi, keluarga, sahabat serta kepribadian yang luar biasa. Sehingga anak mampu meneladani perjalanan hidup orang terdahulu.
       Abdullah Nashih Ulwan menerangkan bahwa rasulullah sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar keimanan, rukun iman, hukum syariat, cinta kepada rasulullah Saw, keluarga, para sahabat, pemimpin dan al-qur’’an kepada anak sejak usia dini dan masa-masa pertumbuhannya. Sehingga anak akan terdidik dengan iman secara sempurna, akidah yang mendalam dan kecintaan kepada para sahabat yang mulia. Dan jika telah tumbuh dewasa maka ia tidak akan tergoyahkan oleh ideologi atheis dan tidak akan terpengaruh oleh propaganda kaum kafir yang sesat.[12]
6.      Mengajarkan ibadah sholat
       Al-Hakim dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Amr bil Ash r.a dari Rasulullah Saw belia bersabda:[13]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (أخرجه ابوداود في كتاب الصلاة)
Artinya Dari ‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”. (HR.Abu Daud dalam kitab sholat)”.
       Dari paparan hadist tentang sholat tersebut di atas, perintah sholat dilakukan pada usia tujuh tahun. Akan tetapi pembiasaan dan percontohan sholat perlu dilatih sejak usia anak mampu diajak berkomunikasi. Sehingga ketika anak berusia tujuh tahun sudah dapat melakukan perintah sholat dengan kesadaran hatinya sendiri tanpa pemaksaan orang dewasa.
Maka dar itu ketika anak tumbuh besar, anak terbiasa dan terdidik untuk menaati Allah, melaksanakan perintah dan kewajibannya, berpegang teguh pada allah, bersandar dan berserah diri pada Allah Swt.



                [1] Permendikbud Nomor 173 tahun 2014
                [2] Masnipal, Siap Menjadi Guru dan pengelola PAUD Profesional, ( Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 78
                [3] Diana Mutiah, Psiklogi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta:Kencana, 2010),  hlm.7
                [4] Hibana Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: PGTKI Press, 2002), hlm.32
                [5] Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 166
                [6] Ibid., hlm. 66
                [7] Ibid., hlm.  72
                [8] Ibid., hlm 74
                [9] Ibid., hlm 166
                [10] Ibid., hlm 167
                [11] Ibid., hlm 168
                [12] Ibid., hlm 170
                [13] Ibid., hlm 167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...