Mendidik Keimanan Anak Usia Dini Perspektif
Hadits
A.
Pengertian
Anak Usia Dini
Menurut aturan pemerintah dan kebudayaan
nomor 137 tahun 2014, Anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui
pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.[1]
Sedangkan The National Association For The Education For Young
Children (NAECY), membuat klasifikasi rentang usia dini (early childhood)
yaitu sejak lahir sampai usia delapan tahun (0-8 tahun). Setiap program dibuat
untuk kelompok usia tertentu seperti child care (0-6 tahun), nursery
(2-4 tahun), preschool (2,5-5 tahun), parent cooperative preschool (2,5
tahun), baby sitting cooperative (semua usia anak), prekindergarten (3,505
tahun), junior kindergarten (4 tahun), head start (2-6 tahun), child
and family resource programme (0-8 tahhun), britis primary school
(2-8 tahun), Montessori school
(1-8 tahun). Open education (2-8 tahun).
[2]
Menurut agama islam tentang
anak dapat dikatakan bahwa anak merupakan usia lahir sampai dia menginjak usia
baligh, yang mana usia baligh dapat diketahui dengan melalui ciri-ciri tertentu
setiap anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak.
Jadi dapat dikatakan
bahwa anak usia dini adalah usaha pembinaan kepada anak rentang usia 0-8 tahun atau anak yang belum mengalami akil baliqh yang
dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani sehingga anak siap menghadapi
permasalahan-permasalahan di dunia.
B.
Karakteristik
Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan kelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik,
artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
kasar dan halus), sosial emosional, bahasa, dan komunikasi. Karena keunikan dalam
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya maka anak usia dini menjadi beberapa
tahapan, yaitu:[3]
1)
Masa bayi, usia lahir 0-12 bulan.
2)
Masa toddler (batita) usia
1-3 tahun.
3)
Masa pra sekolah usia 3-6 tahun.
4)
Masa kelas awal SD usia 6-8 tahun.
Usia-usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, secara rinci karakteristik anak
usia dini sebagai berikut:[4]
1)
Usia 0-1 tahun
Pada masa bayi
perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia
selanjutnya. Beberapa karakteristik anak usia bayi yaitu pertama, mempelajari
kemampuan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri, dan
berjalan, kedua, kemampuan keterampilan menggunakan panca indra, ketiga,
mempelajari komunikasi sosial.
2)
Usia 2-3 tahun
Adapun
karakteristik anak usia 2-3 tahun yaitu, pertama, anak sangat aktif
mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Kedua, anak mulai
mengembangkan kemampuan berbahasa. Ketiga, anak mulai belajar mengembangkan
emosi.
3)
Usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6
tahun memiliki karakteristik antara lain, pertama, berkaitan dengan
perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Kedua,
perkembangan bahasa semakin baik. Ketiga, perkembangan kognisi sangat pesat
dengan ditandai rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
Keempat, bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial
walaupun aktiitas bermain dilakukan anak secara bersamaan.
4)
Usia 7-8 tahun
Adapun
karakteristik anak usia 7-8 tahun yaitu, pertama, perkembangan kognisi anak
masih sangat pesat. Kedua, perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri
dari otoritas orangtua, ketiga, anak mulai menyukai permainan sosial. Keempat,
perkembangan emosi anak sudah mulai terbentuk dan tampak sebagai bagian dari
kepribadian anak.
Dari karakter-karakter tersebut anak memiliki tahapan perkembangan yang
berbeda-beda di setiap rentang usianya. Selain itu metode pengajaran yang
diberikan pada anak pun berbeda-beda. Maka dari itu peran orangtua sangat
penting untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan memberikan pondasi keimanan
pada masa usia dini.
C.
Mendidik
Keimanan Anak Usia Dini Perspektif Hadist
Pendidikan pada masa
golden age sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara
rohani maupun jasmani anak. pendidikan anak usia dini dapat dimulai sejak dalam
kandungkan, bahkan pembentukan karakter dan kepribadian anak sebenarnya pula diawali
dengan bagaimana seseorang memilh pasangan hidup guna meneruskan keturunannya.
Pendidikan pada masa
anak adalah pendidikan yang bersifat fundamental bagi anak, dikarenakan pada
masa anak (golden age) anak perlu mengasah potensi yang dibawanya sejak lahir
dengan bantuan orang dewasa (orangtua, pendidik). Berkaitan dengan pendidikan
agama, pendidikan masa awal ini dapat membantu anak memperkokoh dalam segi
keyakinan pada Allah Swt.
Pendidikan awal bagi
anak terletak pada diri orang tua dan lingkungan keluarga anak.
Rasulullah SAW.telah
menegaskannya dalam hadist :
لأَنْ يُؤَدِّ بَ ا لرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ
مِنْ اَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
Artinya:"seseorang yang mendidik anaknya adalah
lebih baik dari pada ia bersedekah dengan satu sebab".(HR.Tirmidzi)
Dari hadist tersebut ditegaskan bahwa mendidik anak sangatlah
penting dan bahkan pentingnya itu melebihi sedekah dengan satu sebab.
Adapun pendidikan awal
pada masa anak usia dini menurut hadis nabi dapat dilakukan sebagai berikut
1. Mengumandangkan adzan ketika anak baru lahir
Pendidikan
awal anak usia dini diawali dengan memberikan pendidikan keimanan sebagai
pondasi anak dalam menempuh kehidupan baru di dunia. Pendidikan awal ini dapat
diawali dengan mengenalkan kalimat tauhid pada anak.
افتحوا على صبيانكم اول كلمة لااله الا الله
Artinya : “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama
kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak kecuali
Allah)” (HR. Al-Hakim)
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam
bukunya pendidikan anak dalam islam mengatakan bahwa rahasia kehidupan diawali
dengan kalimat tauhid yaitu agar kalimat dan syiar masuk islam itu menjadi yang
pertama masuk ke dalam pendengaran anak, kalimat yang pertama diucapkan oleh
lisannya dan afal pertama yang dipahami anak.
Selain itu, kalimat
tauhid sebagai pendidikan keimanan, Rasulullah membuka kehidupan dengan
mengumandangkan adzan pada telingaHusain;
عَنْ أبِي رَافِعٍ أنَّهُ قَالَ,
رَأيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أذَّنَ فِيْ أذُنِ الحُسَيْنِ
حِيْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاَةِ —سنن أبي داود
Artinya: Dari
Ubaidillah bin Abi Rafi’ ia berkata: Aku melihat Rasulullah SAW mengumandangkan
Adzan di telinga Husain ketika siti fatimah melahirkannya. (Yakni) dengan Adzan
shalat. (HR Abi Dawud(
Adapun hikmah adzan menurut Ibnu Qoyim yang
dikutib Abdullah nashih Ulwan yaitu merupakan dalil yang paling besar bagi
perhatian rasulullah Saw terhadap akidah tauhid,, keimanan dan upaya mengusir
setan dan hawa nafsu, sejak usia baru mencium bau dunia dan menghirup angin kehidupan.[6]
2.
Aqiqah,
Memberi Nama dan Mencukur Rambut Anak
عَنْ
سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغُلامُ
مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّـابِعِ وَيُسَمَّى
وَيُحْـلَقُ رَأْسُـهُ( أخرجه الترمذي في كتاب الاضاحي)
Artinya: Dari Samurah RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “(setiap) anak kecil ( belum baligh ) tergadai (dan) ditebus dengan
mengakikahkannya, disembelih hewan pada hari ketujuh lahirnya, diberi nama dan
dicukur rambutnya”.(HR At-tirmidzi dalam Kitab kurban)
Dari hadist tersebut diterangkan bahwa akhihah, pemberian nama dan
dicukur rambutnya dilakukan setelah tujuh hari kelahiran anak di muka bumi.
Dalam Hadits Ummul
Mukminin- ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
عَنْ
يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ أَنَّهُمْ دَخَلُوا عَلَى حَفْصَةَ بِنْتِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ فَسَأَلُوهَا عَنِ الْعَقِيقَةِ فَأَخْبَرَتْهُمْ
أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَهُمْ
عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ.
قَالَ
وَفِى الْبَابِ عَنْ عَلِىٍّ وَأُمِّ كُرْزٍ وَبُرَيْدَةَ وَسَمُرَةَ وَأَبِى
هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَنَسٍ وَسَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ
وَابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
وَحَفْصَةُ هِىَ بِنْتُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ.
“Dari
Yusuf bin Mahak, mereka pernah masuk menemui Hafshah binti 'Abdirrahman. Mereka
bertanya kepadanya tentang hukum aqiqah. Hafshah mengabarkan bahwa 'Aisyah
pernah memberitahu dia, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang
hampir sama umurnya, untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak
perempuan."
Ia berkata, "Dalam bab ini
ada hadits serupa dari Ali dan ummu Kurz, Buraidah, Samurah, Abu Hurairah,
Abdullah bin Amru, Anas, Salman bin Amir dan Ibnu Abbas." Abu Isa berkata,
"Hadits 'Aisyah ini derajatnya hasan shahih, sementara maksud Hafshah
dalam hadits tersebut adalah (Hafshah) binti 'Abdurrahman bin Abu Bakar Ash
Shiddiq." (HR. Tirmidzi)
Dari hadis yang diriwayatkan ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha menjelaskan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua
ekor kambing yang hampir sama umurnya, untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk
anak perempuan sebagai syarat akhikoh sebaagai penebusan ketika anak lahir di
dunia.
3.
Pemberian
Nama yang baik
Sebagai orangtua memiliki kewajiban
untuk memberikan nama pada anak, hendaknya orangtua memberikan nama-nama yang
baik dan indah sesuai anjuran rasulullah Saw. Nama ini adalah nama yang paling dicintai oleh
Allah ta’ala berdasarkan hadits :[8]
عن ابن عمر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ أَحَبَّ اْلأَسْمَاءِ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Dari Ibnu ‘Umar ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :“Sesungguhnya
nama yang paling dicintai oleh Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman” (HR.
Muslim)
4.
Mengajarkn
ketaatan
اعلموا بطا عة
الله واتقوا معا صى الله ومروا اولادكم بامتثال الا وامر, واجتناب النوا هى,
فذ لك وقا ية لهم ولكم من النار (رواه ابن جرير وابن مندر(
Artinya: Ajarkanlah mereka untuk taat kepada Allah
dan takut bermaksiat kepada-Nya, serta suruhlah anak-anakmu untuk menaati
perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya, karena hal itu akan memelihara
mereka dan kamu dari api neraka”.
Abdullah
Nashih Ulwan mengatakan ketika akan membukakan kedua matanya dan tumbuh besar,
ia telah mengenal perintah-perintah allah, sehingga ia bersegera untuk
melaksanakannya dan mengerti larangan-larangannya sehingga ia menjauhinya.
Apabila anak sejak memasuki masa balig telah memahami hukum-hukum tersebut maka
ia tidak akan mengenal hukum dan undang-undnag selain islam.[10]
5.
Mendidik
Anak Untuk Mencintai Rasulullah, Keluarganya Dan Membaca Al-Qur’an
ادبوا اولا
لدكم على ثلاث خصال: حب نبيكم وحب اهل بيته وتلاوة القران فان حملة
القران في ظل عرش الله يوم لا ظل الا ظله مع انبياءه واصفيائه (رواه
الطبراني)
Artinya:”Didiklah
anak-anakmu pada tiga hal: mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya dan
membaca al-Quran. Sebab orang-orang yang ahli al-Quran itu berada dalam
lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain
perlindungan-Nya beserta para nabi dan orang-orang yang suci”.
Dari paparan hadist cinta rasulullah,
keluarga dan sahabat nabi, cinta kepada nabi perlu diajarkan pada anak-anak
dari perjalanan nabi, keluarga, sahabat serta kepribadian yang luar biasa.
Sehingga anak mampu meneladani perjalanan hidup orang terdahulu.
Abdullah Nashih Ulwan menerangkan bahwa
rasulullah sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar keimanan, rukun iman,
hukum syariat, cinta kepada rasulullah Saw, keluarga, para sahabat, pemimpin
dan al-qur’’an kepada anak sejak usia dini dan masa-masa pertumbuhannya.
Sehingga anak akan terdidik dengan iman secara sempurna, akidah yang mendalam
dan kecintaan kepada para sahabat yang mulia. Dan jika telah tumbuh dewasa maka
ia tidak akan tergoyahkan oleh ideologi atheis dan tidak akan terpengaruh oleh
propaganda kaum kafir yang sesat.[12]
6.
Mengajarkan
ibadah sholat
Al-Hakim dan Abu Daud meriwayatkan dari
Ibnu Amr bil Ash r.a dari Rasulullah Saw belia bersabda:[13]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
جَدِّهِقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا
أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
(أخرجه ابوداود في كتاب الصلاة)
Artinya “Dari
‘Amar bin Syu’aib, dari ayahnya dari kakeknya ra., ia berkata: Rasulullah saw.
Bersabda: “perintahlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika berusia tujuh
tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan salat bila berumur sepuluh
tahun, dan pisahlah tempat tidur mereka (laki-laki dan perempuan)!”. (HR.Abu
Daud dalam kitab sholat)”.
Dari paparan hadist
tentang sholat tersebut di atas, perintah sholat dilakukan pada usia tujuh
tahun. Akan tetapi pembiasaan dan percontohan sholat perlu dilatih sejak usia
anak mampu diajak berkomunikasi. Sehingga ketika anak berusia tujuh tahun sudah
dapat melakukan perintah sholat dengan kesadaran hatinya sendiri tanpa
pemaksaan orang dewasa.
Maka dar itu ketika anak tumbuh besar, anak terbiasa dan terdidik
untuk menaati Allah, melaksanakan perintah dan kewajibannya, berpegang teguh
pada allah, bersandar dan berserah diri pada Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar