Rukun Iman dan Cara
Mengenalkan Allah
A. Rukun Iman
Iman berasal dari kata amana “ percaya atau yakin” sekaliun
percaya dan yakin. Percaya adalah pengakuan budi dengan demikian bersifat
rasionil, sedangkan yakin adalah pengakuan budi dan hati dengan demikian
bersifat aqliyah. Maka iman kita terjemahkan dengan keyakinan. [1]
Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah,
iman adalah: “Membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan”.[2]
Rukun berarti sisi sesuatu yang paling kuat. Sedang yang dimaksud rukun
iman adalah sesuatau yang menjadi sendi tegaknya iman. Dalilnya adalah jawaban Rasulullah
SAW ketika Jibril bertanya padanya tentang iman: “Engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para
RasulNya, kepada hari akkhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun
yang buruk”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[3]
Rukun Iman terdiri dari 6, yaitu:
1. Iman Kepada Allah
Dasar
keimanan dalam islam adalah iman kepada Allah, maksudnya ialah iman kepada
adanya Allah, iman kepada Esanya Allah, dan iman kepada sempurnanya Allah. Di
dalam rumusan yang lebih lengkap disebutkan bahwa Rasulullah telah beriman
kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Tuhannya. Demikian pula orang-orang
yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatnya,
kitab-kitabnya, dan Rasul-rasulnya. (Al-Baqarah: 185)
Artinya : (Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.
Ayat Al-Qur’an lainnya mengenai keimanan
pada Allah Swt tercantum dalam surat al hajj ayat 62 yang mana sesungguhnya
hanya Allah lah yang Haq.
Artinya : (Kuasa
Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang
batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S al- Hajj: 62)
Umat islam diwajibkan untuk mengetahui
seluruh sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah, karena dengan mengenal
sifat-sifat Allah akan mempertebal keimanan kepada Allah Swt. Sifat-sifat
tersebut meliputi;
Sifat Wajib
|
Sifat Mustahil
|
Wujud = ada
|
Adam= tiada
|
Qidam = terdahulu
|
Huduts = ada yang mendahului
|
Baqo’ = kekal
|
Fana = berakhir
|
Mukhalafatul lil hawaditsi = berlawanan
dengan segala sesuatu yang baru
|
Mumatsalatulil hawaditshi = ada yang
menyamai
|
Qiyamuhu Binafsihi = berdiri dengan
dirinya sendiri
|
Ihtiyaju lighoirihi = memerlukan yang
lain
|
Wahdaniyah= esa
|
Ta’adud= berbilang
|
Qudrat = kuasa
|
Ajzun = lemah
|
Iradat =berkehendak
|
Karahah = terpaksa
|
Ilmu = mengetahui
|
Jahlun =bodoh
|
Hayat = hidup
|
Mautun = mati
|
Smi’un= mendengar
|
Shamamun = tuli
|
Bashar = melihat
|
Ama = buta
|
Kalam = berbicara
|
Bakamun = bisu
|
Qadirun = kuasa
|
Kaunuhu ‘ajiyad = zat yang lemah
|
Muridun =
berkehendak
|
Kaunuhu karihan = zat yang terpaksa
|
‘alimun = mengetahui
|
Kaunuhu jahilan = zat yang sangat bodoh
|
Hayyun = yang hidup
|
Mayyitan = zat yang mati
|
Sami’un = yang mendengar
|
Kaunuhu ashamma = zat yang tuli
|
Bashirun = yang melihat
|
Kaunuhu ‘ama = zat yang buta
|
Mutakalimun = yang berbicara
|
Kaunuhu abkama = zat yang bisu
|
Dari sifat-sifat diatas, sebagai umat islam sudah
berkewajiban untuk mengimani Allah Swt. Karena tidak ada sesuatupun dari alam
yang bisa memberi pengaruh hanya mengandalkan kekuatan sendiri, maksudnya bahwa
seorang hamba tidak memiliki daya dan uaya apa pun melainkan dengan izin dan
kehendak Allah.
2. Iman Kepada Malaikat
Allah
menciptakan malaikat dari Nuur atau cahaya. Malaikat tidak sama dengan
manusia, baik sifat, bentuk, maupun pekerjaannya. Mereka bukan laki-laki dan
perempuan, tidak makan dan tidak minum, tidak tidur dan tidak mampu terlihat
oleh mata biasa.
Dalam surat al anbiyaa ayat 19-20 bahwasanya malaikat
merupakan kepunyaan Allah Swt yang selalu bertasbih dan mengagungkan nama
Allah. Dan dari kandungan ayat inilah kita sebagai umat islam wajib
mempercayainya.
Artinya : Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.
Adapun hadist mengenai adanya malaikat yaitu :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ
جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ
إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ
الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ،
حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى
رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد
أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ
رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ
تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ
رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِيْنَكُمْ .
Artinya:
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah
berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat
hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak
seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah
dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas
paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan
kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau
bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad
itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada
bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu
melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran,
ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada
Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang
tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada
Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya,
sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata
lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab,"
Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya
orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya"
Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan
puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak
berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan
bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian
Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya
itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui"
Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan
kepadamu tentang agama kepadamu" [HR.Muslim]
Kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai
banyak malaikat sebagai makhlukNya. Mereka adalah pesuruh-pesuruh Allah, yang
menurut segala pekerjaan yang diperintahkan olehNya tanpa pernah membantah
sedikitpun. Malaikat-malaikat Hamba Allah dimuliakan.
Malaikat yang wajib kita ketahui ada sepuluh, sebagai
berikut
Malaikat Jibril
|
= menyampaikan wahyu
|
Malaikat Mikail
|
= membagi rizki
|
Malaikat Izrafil
|
= meniup sangkakala
|
Malaikat izrail
|
= mencabut nyawa
|
Malaikat Raqib
|
= mencatat amal baik
|
Malaikat Atit
|
= mencatat amal buruk
|
Malaikat Munkar
|
= memeriksa dalam kubur
|
Malaikat Nakir
|
= memeriksa dalam kubur
|
Malaikat Ridwan
|
= menjaga surge
|
Malaikat Malik
|
= menjaga neraka
|
3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Untuk
mengatur kehidupan manusia telah diturunkan hukum-hukum dan aturan Allah,
kepada manusia melalui para RasulNya. Hukum-hukum itu dihimpun oleh setiap
Rasul yang menerimanya, sehingga menjadi sebuah kitab yang disebut kitab Allah.
Kita
wajib percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada utusanNya
untuk memperbaiki kehidupan manusia dan menuntun mereka kepada agama dan jalan
yang benar.
Adapun kitab-kitab tersebut sebagai berikut:
a. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
b. Kitab Zabur kepada Nabi Daud
c. Kitab Injil kepada Nabi Isa
d. Kitab Al-qur’an kepada Nabi Muhammad saw.
4. Iman Kepada Nabi danRasul
Allah
telah memilih salah seorang Rasul diantara manusia pada masanya, untuk
menyampaikan perintah-perintah dan larangannya demi kebaikan hidup manusia di
dunia dan akherat. Kita wajib percaya bahwa Allah yang Maha Bijaksana telah
mengutus beberapa Nabi dan Rasul untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus.
Para Nabi dan rasul datang kepada kaumnya dengan membwa kabar gembira dan
menakut-nakuti mereka yang ingkar akan Tuhannya dan mengingkari perintahnya
para Nabi dan rosul adalah manusia pilihan Allah yang menerima wahya darinya.
Seperti pada firman Allah surat an-nisa 163 yang menerangkan
bahwa allah menurunkan wahyu pada nabi-nabi
sebagai pedoman hidup,
Artinya : Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
5. Iman kepada hari kiamat
Hari
kiamat adalah hari paling akhir yang akan menutup usia dunia ini, tidak ada
siang dan malam hari. Pada saat itu sekalian makhluk Allah akan binasah kemudia
seluruh manusia akan dibangkitkan kemballi untuk diperiksa semua amal
masing-masing yang baik maupun buruk. Kita wajib percaya akan datangnya hari
itu dan segala yang akan terjadi didalamnya, seperti kehancuran segala sesuatu.
Begitu juga segala yang telah dijelaskan oleh Rasulullah kepada kita seperti
adanya alam kubur, mahsyar, hisab atau perhitungan amal, pembalasan, neraka
surga dan sebagainya.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat al mu’minun
ayat 16 yaitu:
Artinya: Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
Allah
menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hari kiamat dengan sebutan yang
berbeda-beda dan bermacam-macam dan tidak kurang dari 34 sebutan nama dari
kiamat menurut Al-Qur’an. Akan tetapi paling banyak Allah sebutkan adalah “
yaumul qiyamah”.
6. Iman Kepada Qadha dan qadhar
Segala
segala yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi semua telah
ditentukan oleh Allah baik maupun buruk. Kita wajib percaya bahwasanya Allah
menjadikan segala sesuatu dengan rencananya. Perintahnya pasti dan tentu.
Segala sesuatu ditentukan sebelum terjadinya menurut kehendaknya.
Sesuai dengan firman allah surat an-nisa ayat 90 yang
menerangkan bahwa Kalau Allah menghendaki maka Dia akan memberikan kekuasaan kepada
mereka terhadap kamu lalu pastilah mereka memerangimu dengan catatan dengan usaha yang semaksimal mungkin.
Artinya kecuali
orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan
kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu
sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya.
Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap
kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan
tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamumaka Allah tidak
memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
Dengan demikian segala amalan hamba Allah
itu sebenarnya terlaksana menurut qadhar dari Allah namun demikian manusia
diberi hak untuk berikrar sekuat tenaga, meskipun ketentuan akhir berada
ditangannya. Dengan kata lain manusialah yang berusaha tetapi Allahlah yang
menentukan. Adapunn arti qadha adalah ketetapan hukum atau pemutusan dan
penghakiman sesuatu.[4]
B.
Cara Mengenalkan Allah Pada Anak
Awali bayi mu dengan tauhid
laillaha illAllah, Rasulullah Saw pernah mengatakan” awalilah bayi-bayi mu dengan kalimat la ilaha
illAllah.” Menurut ibnu abbas meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “ajarkanlah
kepada anak-anak kalian pada permulaan bicaranya ucapan lailaha illAllah
dan ajarilah ia agar di akhir hayatnya mengucapkan laillahaillAllah.”[5]
Kalimat suci inilah yang perlu kita
kenalkan pada awal kehidupan bagi bayi kita sehingga membekas pada otaknya dan
menghodupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi pada saat awal kehidupannya
akan berpengarh pada perkembangan berikutnya, khusus nya terhadap pesan-pesan
yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. [6]
Selain mengajarkan kalimat tauhid, Rasululah mengenalkan Allah dengan
melalui sholat. Abdullah bin Syaddad berkata” Rasulullah keluar dari rumahnya
menemui kami yang sedang menunggu beliau
untuk sholat maghrib atau sholat isya, sedangkan beliau menggendong Hasan dan
Husain. Rasulullah maju dan meletakkan cucunya, kemudian melakukan takbir
sholatnya. Dalam salah satu sujudnya beliau lama sekali melakukannya.” Abu
Qatadah Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah sholat sembari
menggendong umammah binti zainab binti Rasulullah. Apabila sujud, beliau
meletakkan cucunya itu ketanah dan apabila bangun, beliau menggendongnya
kembali.” Menurut riwayat muslim dan nasai, Rasulullah pernah sholat mengimami
kaum muslimin sambil menggendong umamah binti abul ‘ash dipundaknya. Apabila rukuk beliau meletakkan
ditanah, dan apabila bangun dari sujudnya beliau kembali menggendongnya.[7]
Akidah yang
baik dapat diwujudkan dalam diri seorang anak muslim dengan cara mengajarkan
anak untuk menghapal rukun iman. Dengan mengenalkan Allah, yaitu bahwasannya
Allah itu:
a.
Tunggal tanpa sekutu.
b.
Tidak beranak amupun diperanakkan.
c.
Tidak ada yang menyerupaiNya.
d.
Semua yang ada tergantung
kepadaNya.
e.
Ia melihat kita tanpa kita dapat
melihatNya kecuali bagi orang mukmin di surga.
f.
Pencipta, Pemberi rizki, Yang
Menghidupkan dan Mematikan kita.
g.
Kita hanya memohon doa kepadaNya,
tidak kepada yang lain.
h.
RahmatNya sangat luas, siksaNya
sangat pedih.
i.
Tidak satupun dapat luput dari
pengawasanNya.
j.
Dia mencintai dan memasukkan ke
dalam surge bagi orang mukmin yang taat.
k.
Membenci dan memasukkan ke dalam
neraka bagi orang kafir dan pendosa.
l.
Yang Memberi Manfaat dan Yang
Memberi Mudarat.
m.
Wajib taat kepadaNya dengan penuh
ikhlas.
n.
Tidak ada ketaatan kepada makhluk
yang menyuruh untuk berbuat maksiat kepadaNya.
o.
Renungkan makhlukNya bukan
penciptaNya.
Iqraa’
Bismikalladzi Kholaq, sifat Allah yang pertama kali dikenalkan olehNya
kepada kita adalah al kholiq dal al karim sebagai mana firmannya,
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka
mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada
anak melalui sifatNya yang pertamma kali dikenalkan, yakni al-Kholiq (maha
pencipta).kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka bahwa segala
sesuatu yang ada disekelilingnya adalah ciptaan Allah. Sehingga ia merasa kagum
dan tergerak untuk tunduk kepadanya.
Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri
nikmat yang melekat pada anggota badannya, misalnya pada anak yang menjelang
dua tahun,” mana matanya? Waw, matanya dua ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah Allah
ciptakan mata yang bagus untuk fulan. Matanya buat apa nak?.”
Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang
pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita yakni Al Karim. Didalam sifat
ini berhimpun dua keagungan yakni kemulyaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan
anak untuk menangkap tandaa-tanda kemulyaan dan sifat pemurah Allah dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan penghargaan kepada Allah.
[9]
Beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disaringkan dari al
kitab dan assunnah, dan inilah langkah penting bagi orangtua dalam rangka
mengemban tugas untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak:
1. Mengajarkan tauhid kepada anak
Mengajarkan tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal
beribadah kepadanya, menjadikannya lebih mencintai Allah dari pada selainnya,
tidak ada ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling penting diatas
halhal penting lainnya.
2. Mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjamaah
3. Mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua
orangtua dan kepada orang lain.
4. Mendidik mereka agar taat kepada kedua orang tua dalam hal yang bukan
maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan rasulnya yang mutlak
5. Menumbuhkan pada diri mereka sikap murakabah merasa selalu diawasi Allah.
Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapaaun dan tidak merendahkan kebaikan
walau sedikitpun.
6. Memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilulmukminin al muahidin
(jalannya mukminin yang bertauhid), salafushollih generasi terbaik umat ini dan
memberikan loyalitas kepada mereka.
7. Mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu alkitab dan sunnah.
8. Menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadu’, rendah hati dan kejantanan
dan keberanian.
Allah berfirman ,
Memang seharusnya pendidikan anak ini
menjadi kewajiban nomor satu bagi orang tua, menelantarkannya berarti
menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya berartti membiarkan
kehancuran anak, orantuanya umatnya, bangs, dan Negara. Sedangkan mendidiknya
adalah cahaya mas depan umat yang cerah yang berarti juga mengngkat derajat
sang anak dan derajat orangtuanya di surga. Rasulullah SAW bersabda, “akan
diangkat derajat seorang hamba yang sholeh di surge. Lalu ia akan
bertanya-tanya, wahai Rabb apa yang membuatku begini?” kemudian dikatakan
padanya, “permohhonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad, dari sahabat Hurairah)
Allah SWT berfirman,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar