Minggu, 15 April 2018

Rukun Iman dan Cara Mengenalkan Allah pada anak

Rukun Iman dan Cara Mengenalkan Allah 
A.    Rukun Iman
       Iman berasal dari kata amana “ percaya atau yakin” sekaliun percaya dan yakin. Percaya adalah pengakuan budi dengan demikian bersifat rasionil, sedangkan yakin adalah pengakuan budi dan hati dengan demikian bersifat aqliyah. Maka iman kita terjemahkan dengan keyakinan. [1]
       Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah: “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan”.[2]
       Rukun berarti sisi sesuatu yang paling kuat. Sedang yang dimaksud rukun iman adalah sesuatau yang menjadi sendi tegaknya iman. Dalilnya adalah jawaban Rasulullah SAW ketika Jibril bertanya padanya tentang iman: “Engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, kepada hari akkhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[3]

Rukun Iman terdiri dari 6, yaitu:
1.      Iman Kepada Allah
       Dasar keimanan dalam islam adalah iman kepada Allah, maksudnya ialah iman kepada adanya Allah, iman kepada Esanya Allah, dan iman kepada sempurnanya Allah. Di dalam rumusan yang lebih lengkap disebutkan bahwa Rasulullah telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, dan Rasul-rasulnya. (Al-Baqarah: 185)


Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
       Ayat Al-Qur’an lainnya mengenai keimanan pada Allah Swt tercantum dalam surat al hajj ayat 62 yang mana sesungguhnya hanya Allah lah yang Haq.
Artinya : (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S al- Hajj: 62)
       Umat islam diwajibkan untuk mengetahui seluruh sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah, karena dengan mengenal sifat-sifat Allah akan mempertebal keimanan kepada Allah Swt. Sifat-sifat tersebut meliputi;
Sifat Wajib
Sifat Mustahil
Wujud = ada
Adam= tiada
Qidam = terdahulu
Huduts = ada yang mendahului
Baqo’ = kekal 
Fana = berakhir
Mukhalafatul lil hawaditsi = berlawanan dengan segala sesuatu yang baru
Mumatsalatulil hawaditshi = ada yang menyamai
Qiyamuhu Binafsihi = berdiri dengan dirinya sendiri
Ihtiyaju lighoirihi = memerlukan yang lain
Wahdaniyah= esa
Ta’adud= berbilang
Qudrat = kuasa
Ajzun = lemah
Iradat =berkehendak
Karahah = terpaksa
Ilmu = mengetahui
Jahlun =bodoh
Hayat = hidup
Mautun = mati
Smi’un= mendengar
Shamamun = tuli
Bashar = melihat
Ama = buta
Kalam = berbicara
Bakamun = bisu
Qadirun = kuasa
Kaunuhu ‘ajiyad = zat yang lemah
Muridun =  berkehendak
Kaunuhu karihan = zat yang terpaksa
‘alimun = mengetahui
Kaunuhu jahilan = zat yang sangat bodoh
Hayyun = yang hidup
Mayyitan = zat yang mati
Sami’un = yang mendengar
Kaunuhu ashamma = zat yang tuli
Bashirun = yang melihat
Kaunuhu ‘ama = zat yang buta
Mutakalimun = yang berbicara
Kaunuhu abkama = zat yang bisu

Dari sifat-sifat diatas, sebagai umat islam sudah berkewajiban untuk mengimani Allah Swt. Karena tidak ada sesuatupun dari alam yang bisa memberi pengaruh hanya mengandalkan kekuatan sendiri, maksudnya bahwa seorang hamba tidak memiliki daya dan uaya apa pun melainkan dengan izin dan kehendak Allah.

2.      Iman Kepada Malaikat
       Allah menciptakan malaikat dari Nuur atau cahaya. Malaikat tidak sama dengan manusia, baik sifat, bentuk, maupun pekerjaannya. Mereka bukan laki-laki dan perempuan, tidak makan dan tidak minum, tidak tidur dan tidak mampu terlihat oleh mata biasa.
Dalam surat al anbiyaa ayat 19-20 bahwasanya malaikat merupakan kepunyaan Allah Swt yang selalu bertasbih dan mengagungkan nama Allah. Dan dari kandungan ayat inilah kita sebagai umat islam wajib mempercayainya.
Artinya : Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.
Adapun hadist mengenai adanya malaikat yaitu :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  
Artinya: Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu" [HR.Muslim]

       Kita wajib percaya bahwa Allah mempunyai banyak malaikat sebagai makhlukNya. Mereka adalah pesuruh-pesuruh Allah, yang menurut segala pekerjaan yang diperintahkan olehNya tanpa pernah membantah sedikitpun. Malaikat-malaikat Hamba Allah dimuliakan.
Malaikat yang wajib kita ketahui ada sepuluh, sebagai berikut
Malaikat Jibril
= menyampaikan wahyu
Malaikat Mikail
= membagi rizki
Malaikat Izrafil
= meniup sangkakala
Malaikat izrail
= mencabut nyawa
Malaikat Raqib
= mencatat amal baik
Malaikat Atit
= mencatat amal buruk
Malaikat Munkar
= memeriksa dalam kubur
Malaikat Nakir
= memeriksa dalam kubur
Malaikat Ridwan
= menjaga surge
Malaikat Malik
= menjaga neraka


3.      Iman Kepada Kitab-kitab Allah
      Untuk mengatur kehidupan manusia telah diturunkan hukum-hukum dan aturan Allah, kepada manusia melalui para RasulNya. Hukum-hukum itu dihimpun oleh setiap Rasul yang menerimanya, sehingga menjadi sebuah kitab yang disebut kitab Allah.
       Kita wajib percaya bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada utusanNya untuk memperbaiki kehidupan manusia dan menuntun mereka kepada agama dan jalan yang benar.
Adapun kitab-kitab tersebut sebagai berikut:
a.       Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
b.      Kitab Zabur kepada Nabi Daud
c.       Kitab Injil kepada Nabi Isa
d.      Kitab Al-qur’an kepada Nabi Muhammad saw.

4.      Iman Kepada Nabi danRasul
       Allah telah memilih salah seorang Rasul diantara manusia pada masanya, untuk menyampaikan perintah-perintah dan larangannya demi kebaikan hidup manusia di dunia dan akherat. Kita wajib percaya bahwa Allah yang Maha Bijaksana telah mengutus beberapa Nabi dan Rasul untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus. Para Nabi dan rasul datang kepada kaumnya dengan membwa kabar gembira dan menakut-nakuti mereka yang ingkar akan Tuhannya dan mengingkari perintahnya para Nabi dan rosul adalah manusia pilihan Allah yang menerima wahya darinya.
Seperti pada firman Allah surat an-nisa 163 yang menerangkan bahwa allah menurunkan wahyu pada nabi-nabi  sebagai pedoman hidup,
Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
5.      Iman kepada hari kiamat
       Hari kiamat adalah hari paling akhir yang akan menutup usia dunia ini, tidak ada siang dan malam hari. Pada saat itu sekalian makhluk Allah akan binasah kemudia seluruh manusia akan dibangkitkan kemballi untuk diperiksa semua amal masing-masing yang baik maupun buruk. Kita wajib percaya akan datangnya hari itu dan segala yang akan terjadi didalamnya, seperti kehancuran segala sesuatu. Begitu juga segala yang telah dijelaskan oleh Rasulullah kepada kita seperti adanya alam kubur, mahsyar, hisab atau perhitungan amal, pembalasan, neraka surga dan sebagainya.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat al mu’minun ayat 16 yaitu:
Artinya: Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
       Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hari kiamat dengan sebutan yang berbeda-beda dan bermacam-macam dan tidak kurang dari 34 sebutan nama dari kiamat menurut Al-Qur’an. Akan tetapi paling banyak Allah sebutkan adalah “ yaumul qiyamah”.
6.      Iman Kepada Qadha dan qadhar
       Segala segala yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi semua telah ditentukan oleh Allah baik maupun buruk. Kita wajib percaya bahwasanya Allah menjadikan segala sesuatu dengan rencananya. Perintahnya pasti dan tentu. Segala sesuatu ditentukan sebelum terjadinya menurut kehendaknya.
Sesuai dengan firman allah surat an-nisa ayat 90 yang menerangkan bahwa Kalau Allah menghendaki maka Dia akan memberikan kekuasaan kepada mereka terhadap kamu lalu pastilah mereka memerangimu dengan catatan dengan usaha yang semaksimal mungkin.

Artinya kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamumaka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.
       Dengan demikian segala amalan hamba Allah itu sebenarnya terlaksana menurut qadhar dari Allah namun demikian manusia diberi hak untuk berikrar sekuat tenaga, meskipun ketentuan akhir berada ditangannya. Dengan kata lain manusialah yang berusaha tetapi Allahlah yang menentukan. Adapunn arti qadha adalah ketetapan hukum atau pemutusan dan penghakiman sesuatu.[4]

B.     Cara Mengenalkan Allah Pada Anak
       Awali bayi mu dengan tauhid laillaha illAllah, Rasulullah Saw pernah mengatakan”  awalilah bayi-bayi mu dengan kalimat la ilaha illAllah.” Menurut ibnu abbas meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “ajarkanlah kepada anak-anak kalian pada permulaan bicaranya ucapan lailaha illAllah dan ajarilah ia agar di akhir hayatnya mengucapkan laillahaillAllah.”[5]
       Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan pada awal kehidupan bagi bayi kita sehingga membekas pada otaknya dan menghodupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi pada saat awal kehidupannya akan berpengarh pada perkembangan berikutnya, khusus nya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. [6]
      Selain mengajarkan kalimat tauhid, Rasululah mengenalkan Allah dengan melalui sholat. Abdullah bin Syaddad berkata” Rasulullah keluar dari rumahnya menemui  kami yang sedang menunggu beliau untuk sholat maghrib atau sholat isya, sedangkan beliau menggendong Hasan dan Husain. Rasulullah maju dan meletakkan cucunya, kemudian melakukan takbir sholatnya. Dalam salah satu sujudnya beliau lama sekali melakukannya.” Abu Qatadah Al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah sholat sembari menggendong umammah binti zainab binti Rasulullah. Apabila sujud, beliau meletakkan cucunya itu ketanah dan apabila bangun, beliau menggendongnya kembali.” Menurut riwayat muslim dan nasai, Rasulullah pernah sholat mengimami kaum muslimin sambil menggendong umamah binti abul ‘ash  dipundaknya. Apabila rukuk beliau meletakkan ditanah, dan apabila bangun dari sujudnya beliau kembali menggendongnya.[7]

Akidah yang baik dapat diwujudkan dalam diri seorang anak muslim dengan cara mengajarkan anak untuk menghapal rukun iman. Dengan mengenalkan Allah, yaitu bahwasannya Allah itu:
a.       Tunggal tanpa sekutu.
b.      Tidak beranak amupun diperanakkan.
c.       Tidak ada yang menyerupaiNya.
d.      Semua yang ada tergantung kepadaNya.
e.       Ia melihat kita tanpa kita dapat melihatNya kecuali bagi orang mukmin di surga.
f.       Pencipta, Pemberi rizki, Yang Menghidupkan dan Mematikan kita.
g.      Kita hanya memohon doa kepadaNya, tidak kepada yang lain.
h.      RahmatNya sangat luas, siksaNya sangat pedih.
i.        Tidak satupun dapat luput dari pengawasanNya.
j.        Dia mencintai dan memasukkan ke dalam surge bagi orang mukmin yang taat.
k.      Membenci dan memasukkan ke dalam neraka bagi orang kafir dan pendosa.
l.        Yang Memberi Manfaat dan Yang Memberi Mudarat.
m.    Wajib taat kepadaNya dengan penuh ikhlas.
n.      Tidak ada ketaatan kepada makhluk yang menyuruh untuk berbuat maksiat kepadaNya.
o.      Renungkan makhlukNya bukan penciptaNya.
p.      Tidak ada pemisah antara Dia dan makhluk.[8]

       Iqraa’ Bismikalladzi Kholaq, sifat Allah yang pertama kali dikenalkan olehNya kepada kita adalah al kholiq dal al karim sebagai mana firmannya,
artinya  “ bacalah dengan  nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu lah yang maha pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-Alaq 1-5)
      Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifatNya yang pertamma kali dikenalkan, yakni al-Kholiq (maha pencipta).kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka bahwa segala sesuatu yang ada disekelilingnya adalah ciptaan Allah. Sehingga ia merasa kagum dan tergerak untuk tunduk kepadanya.
      Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya, misalnya pada anak yang menjelang dua tahun,” mana matanya? Waw, matanya dua ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah Allah ciptakan mata yang bagus untuk fulan. Matanya buat apa nak?.”
      Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita yakni Al Karim. Didalam sifat ini berhimpun dua keagungan yakni kemulyaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tandaa-tanda kemulyaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan penghargaan kepada Allah. [9] 
       Beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disaringkan dari al kitab dan assunnah, dan inilah langkah penting bagi orangtua dalam rangka mengemban tugas untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak:
1.      Mengajarkan tauhid kepada anak
Mengajarkan tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal beribadah kepadanya, menjadikannya lebih mencintai Allah dari pada selainnya, tidak ada ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling penting diatas halhal penting lainnya.
2.      Mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjamaah
3.      Mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua orangtua dan kepada orang lain.
4.      Mendidik mereka agar taat kepada kedua orang tua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan rasulnya yang mutlak
5.      Menumbuhkan pada diri mereka sikap murakabah merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapaaun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikitpun.
6.      Memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilulmukminin al muahidin (jalannya mukminin yang bertauhid), salafushollih generasi terbaik umat ini dan memberikan loyalitas kepada mereka.
7.      Mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu alkitab dan sunnah.
8.      Menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadu’, rendah hati dan kejantanan dan keberanian.
Allah berfirman ,
artinya ”dan orang-orang yang berkata” ya tuhan kami, anugrahkanlah kepada istri-istri kami dan keturuana kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi rang-orang yang bertakwa” (Qs al- furqon : 74)
Memang seharusnya pendidikan anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi orang tua, menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya berartti membiarkan kehancuran anak, orantuanya umatnya, bangs, dan Negara. Sedangkan mendidiknya adalah cahaya mas depan umat yang cerah yang berarti juga mengngkat derajat sang anak dan derajat orangtuanya di surga. Rasulullah SAW bersabda, “akan diangkat derajat seorang hamba yang sholeh di surge. Lalu ia akan bertanya-tanya, wahai Rabb apa yang membuatku begini?” kemudian dikatakan padanya, “permohhonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad, dari sahabat Hurairah)
      Allah SWT berfirman,
 artinya :“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dari apa yang dikerjakannya.” (QS At-Thur: 21).[10]




                [1] Sidi Gazalba, Pola Ajaran dan Amal Islam. (Bulan Bintang: Jakarta, 1974) hlm. 23
                [2] Tim Ahli Ilmu Tauhid. Kitab Tauhid 2. (Darul Haq: Jakarta, 2004) hlm. 2
                [3] Ibid., hlm. 15
                [4] Sudarsono.. Sepuluh Aspek Agama Islam. (Rineka Cipta: Jakarta, 1994), hlm. 32
                [5] Syeh Jamal Abdurrahman, Islamic Paarenting, (Solo:Aqwam, 2013), hlm. 81
[6] Mohammad Fauzil Adhim, Positive parenting, (Bandung:Mizania, 2006), hlm. 229
                [7] Syeh Jamal Abdurrahman, Islamic …hlm. 80.
                [8] Syaikh Muhammad Said Mursi ,Seni Mendidik Anak. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003) . hlm. 256
                [9] Mohammad Fauzil Adhim, Positive … hlm. 232-236.
                [10] Imas Kurniasih,. (Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW.(GAlangpress: Yogyakarta, 2010), hlm. 122-124.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Strategi Branding Enterpreneur / strategi merek pada pendidikan

Strategi Branding Enterpreneur

  Strategi Branding Enterpreneur Silahkan akses di artikel saya yang terbit di jurnal golden age pendidikan anak usia dini universitas islam...